Bojonegoro - Pembangunan tampungan air dengan sistim "geomembrane" di Dusun Sumberwungu, Desa Kepohkidul, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro sebagai percontohan untuk mengatasi kesulitan air bersih yang dialami warga, hampir rampung. "Pengerukan tampungan sudah rampung, hanya tinggal pemasangan lapisan geomembrane," kata Camat Kedungadem, Ali Machmudi, Sabtu. Ia menjelaskan, tampung air geomembrane di dusun setempat, memiliki luas 25 X 52 meter dengan kedalaman empat meter. Diperkirakan, tampungan itu mampu menampung air hujan sekitar 60.000 meter kubik. "Tampungan hanya menampung air hujan, sebab di daerah setempat tidak ada sungai," katanya, menjelaskan. Selain itu, lanjutnya, di lokasi tampungan itu, berdasarkan pengalaman selama ini, tidak ada sumber air dari dalam tanah, sehingga dibangunnya lokasi tampungan geomembrane cukup tepat. Menurut dia, jumlah warga di dusun setempat yang selalu mengalami kesulitan air bersih di setiap kemarau, berkisar 113 kepala keluarga (KK) atau sekitar 415 jiwa. Selama ini, untuk mendapatkan air bersih warga harus mencari air ke desa tetangganya yang jaraknya bisa mencapai 3-4 kilometer. "Dengan adanya geomembrane itu, pada 2012 air di tampungan sudah bisa dimanfaatkan warga," ucapnya, menambahkan. Sementara itu, Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro, Bambang Budi Susanto menyatakan, optimistis kesulitan air bersih di Bojonegoro pada 2012 bisa teratasi. Sebab, setelah percontohan tampungan geomembrane di Dusun Sumberwungu rampung, direncanakan pembangunan tampungan serupa juga akan dibangun di daerah lainnya yang kesulitan air bersih. Pembangunannya, lanjutnya, langsung ditangani secara swakelola, sehingga biayanya cukup murah hanya berkisar Rp75 juta hingga Rp125 juta/tampungan air geomembrane. Berdasarkan perhitungan, air dalam tampungan "geomembran" sebesar 60 ribu meter kubik tersebut mampu mencukupi kebutuhan air bersih 425 jiwa warga selama lima bulan. Kebutuhan air bersih tersebut, hanya untuk mandi, minum ternak, bukan termasuk air pertanian. Pemkab, lanjutnya, terus melakukan kajian untuk mengatasi kekeringan di daerahnya, selain dengan membangun tampungan geomembrane, alternatif lainnya dengan melakukan pengeboran air sumur dalam. "Kami masih menginventarisasi daerah mana saja yang layak dibangun tampungan geomembrane atau melakukan pengeboran sumur dalam," tuturnya. Pada musim kemarau 2009, kesulitan air bersih dialami 21.400 kepala keluarga (KK) atau 68.721 jiwa yang tersebar di 67 desa di 16 kecamatan. Sedangkan, pada kemarau 2011 ini, sedikitnya 16.785 kepala keluarga (KK) atau 63.379 jiwa di 49 desa yang tersebar di 17 kecamatan mengalami kesulitan air bersih.(*)
Pembangunan Tampungan "Geomembrane" Di Bojonegoro Hampir Rampung
Sabtu, 26 November 2011 12:08 WIB