Guru di Kepulauan Sumenep Harus Perangi Jenuh
Sabtu, 12 November 2011 21:40 WIB
Oleh Slamet Hidayat
Sumenep - Setiap pegawai negeri sipil (PNS) termasuk guru diwajibkan siap ditempatkan di mana saja.
Namun, bagi Abd Kifli, Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, bertugas di wilayah kepulauan tetap membuatnya sempat terkejut.
Apalagi, tempat tugasnya adalah Sapeken yang di Sumenep merupakan salah satu pulau terjauh.
"Sebagai PNS, saya memang siap ditempatkan di mana saja. Namun, jujur saja, saya tidak menyangka mendapat kepercayaan sebagai pimpinan SMP yang berada di Pulau Sepanjang, Sapeken," ucapnya.
Sapeken adalah salah satu kecamatan kepulauan di Sumenep yang wilayahnya terdiri atas beberapa pulau.
"Hal pertama yang menyergap pikiran saya ketika tahu dipercaya sebagai pimpinan SMPN 3 Sapeken adalah jauhnya perjalanan laut dan naik kapal atau perahu," ujarnya.
Perjalanan laut dari Kalianget ke Pulau Sepanjang memang cukup lama dan membutuhkan nyali besar, jika kondisi cuaca buruk. Dari Pelabuhan Kalianget, kapal yang akan ke Sapeken biasanya transit di Pulau Kangean.
Dalam kondisi normal, perjalanan laut dari Kalianget ke Kangean sekitar 10 jam dan dari Kangean (Pelabuhan Batu Guluk, Kecamatan Arjasa) ke Sapeken sekitar tiga jam.
"Dari Pulau Sapeken (dermaga di Desa Sapeken), kami masih harus naik perahu ke Pulau Sepanjang dengan lama perjalanan laut sekitar dua jam dalam kondisi normal," kata Kifli, menerangkan.
Begitu tiba di Pulau Sepanjang, Kifli maupun guru SMPN 3 Sapeken yang berasal dari Sumenep daratan harus naik ojek lagi untuk sampai ke sekolah.
"Jarak antara dermaga di Pulau Sepanjang ke sekolah kami sekitar 12 km. Jalannya masih makadam dan sulit dilalui jika hujan. Perjalanannya memang melelahkan," ucapnya.
Perjalanan akan lebih tidak mengenakkan jika dari Kalianget hingga Sepanjang harus naik perahu.
"Dalam kondisi tertentu, kami memang harus naik perahu, baik ketika akan berangkat ke Pulau Sepanjang atau pulang ke Sumenep. Jangankan perahu, ketika naik kapal saja, kami sering berpikir macam-macam yang tidak enak. Semoga saja kami senantiasa diberi keselamatan oleh Allah SWT," paparnya.
Jenuh, kata dia, adalah perasaan yang sering dialami dirinya yang bertugas di Pulau Sepanjang sejak 2009 lalu maupun enam rekannya (guru di SMPN 3 Sapeken yang bukan warga setempat) ketika berada di kepulauan.
"'Guyonan' (canda) teman-teman, kami harus memerangi jenuh setiap hari. Hal yang paling memberatkan kami adalah berpisah dengan istri dan anak-anak. Kalau dengar kabar anak lagi tidak enak badan, kami tambah bingung dan rasanya ingin segera pulang," ujarnya.
Kifli menjelaskan, pihaknya tidak mungkin memaksakan istri dan anak-anaknya ikut ke tempat tugasnya di Pulau Sepanjang, karena sejumlah alasan, di antaranya keterbatasan fasilitas.
"Kami memang sering sumpek (penat) ketika mengetahui anak kami yang berada di daratan sedang sakit. Namun, kalau anak kami diajak dan ternyata sakit, bisa-bisa sumpeknya kami berlipat, karena di Pulau Sepanjang hanya ada puskesmas pembantu yang fasilitasnya terbatas jika dibanding di daratan," paparnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya tidak bisa ke mana-mana untuk mengurangi jenuh.
"Kalau di daratan, kami bisa saja jalan-jalan ke luar rumah bersama keluarga. Sementara di pulau, sejauh mata memandang hanya air laut," paparnya, sambil tersenyum.
Jenuh dan jauh dari keluarga merupakan hal paling berat yang dirasakan guru yang bertugas di wilayah kepulauan jauh di Sumenep juga diungkapkan M Sadik.
"Coba bayangkan saja, jika ingin bertemu dengan anak dan ternyata tidak bisa, tentunya menyesakkan dada. Itu yang kami rasakan ketika dulu bertugas di Masalembu," katanya.
Sadik yang kini Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sumenep, menjabat Kepala SMAN 1 Masalembu, Pulau Masalembu, pada 2007-2009 lalu.
"Hal yang paling tidak mengenakkan lagi ketika menjelang liburan sekolah ternyata kondisi cuaca laut buruk. Kalau sudah seperti itu, kami sering bertindak nekat dengan naik perahu, tanpa memperhitungkan risiko selama perjalanan laut," paparnya.
Selain Sapeken, Masalembu termasuk kecamatan kepulauan terjauh di Sumenep. Dalam kondisi cuaca normal, perjalanan laut dari Pelabuhan Kalianget ke Masalembu membutuhkan waktu sekitar 12 jam.
Sumenep memiliki 27 kecamatan, dan sembilan di antaranya berada di wilayah kepulauan. Talango adalah kecamatan kepulauan terdekat di Sumenep, karena hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menyeberang (naik perahu) dari Kalianget.
Perhatian Khusus
Kifli maupun Sadik berharap pemerintah memberikan perhatian khusus bagi guru maupun PNS yang bertugas di kepulauan jauh.
"Sebagai PNS, kami memang harus siap ditempatkan di mana saja. Namun, kalau masih bisa berharap, kami sebenarnya ingin mendapat perhatian lebih," ucap Kifli, lirih.
Biaya hidup untuk menunaikan tugas di wilayah kepulauan lebih besar dibanding di daratan.
"Selama ini, kayaknya kami dianggap seperti bertugas di wilayah daratan. Adanya perhatian khusus dari pemerintah bisa memotivasi para guru maupun PNS yang bertugas di wilayah kepulauan untuk lebih giat bekerja," ujarnya.
Ia juga mengemukakan, sejumlah oknum guru maupun PNS di kepulauan memang tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya.
"Namun, tolong, tindakan oknum itu jangan digeneralisasi seolah-olah semuanya malas. Masih banyak guru maupun PNS yang punya komitmen untuk menunaikan tugasnya secara maksimal. Kasus guru malas itu bisa terjadi di mana saja," ucapnya.
Tantangan berbeda selama bertugas di Pulau Sepanjang membuat Kifli dan enam rekannya sering saling memotivasi supaya tidak menyerah dengan keadaan.
"Jenuh, sumpek, maupun perasaan tidak mengenakkan yang kami alami biasanya hilang ketika melihat semangat 198 anak didik kami di sekolah. Semangat mereka sering membuat kami lebih kuat," paparnya.
Selain itu, orang tua para siswanya sangat peduli dan berharap Kifli serta para guru lainnya terus bersemangat untuk mengajar.
"Secara berkala kami biasanya mengundang para orang tua supaya datang ke sekolah. Mereka biasanya datang tepat waktu. Padahal, kami mengundang mereka secara lisan, karena tidak mungkin memfotokopi surat undangan akibat di Pulau Sepanjang tidak ada mesin fotokopi," kata Kifli, sambil tersenyum.
Sementara anggota DPRD Sumenep asal Kecamatan Sapeken, Nur Asyur menjelaskan, guru malas merupakan persoalan klasik di wilayah kepulauan dan hingga sekarang masih terjadi.
"Guru yang ditugaskan di wilayah kepulauan Sumenep, apalagi yang jauh seperti Masalembu dan Sapeken, butuh nyali besar dan komitmen sekuat baja supaya bisa melaksanakan tugas secara profesional," ujarnya.
Hasil pemantauannya, guru di wilayah kepulauan yang sering mangkir dari tugasnya atau bolos adalah guru yang berasal dari Sumenep daratan atau bukan warga setempat.
"Dalam konteks tersebut, kami mengusulkan kepada pemerintah supaya guru yang akan ditugaskan di wilayah kepulauan harus warga setempat. Ini tentunya terkait dengan proses rekrutmen. Oleh karena itu, ketika rekrutmen calon PNS, formasi yang tugasnya di wilayah kepulauan seharusnya diisi oleh orang pulau," ujarnya.(*)