Nelayan Munjungan Gelar Festival Sedekah Laut "Longkangan"
Sabtu, 29 Oktober 2011 14:55 WIB
Trenggalek - Seratusan nelayan yang beroperasi di Pantai Blado, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu, menggelar sedekah laut "Longkangan".
ANTARA melaporkan, acara yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berakhir hingga pukul 12.00 WIB itu berlangsung cukup meriah, meski tidak seramai kegiatan serupa di Pantai Prigi, Kecamatan Watulimo, Senin (24/10).
Seperti pelaksanaan festival budaya atau larung sesaji longkangan tahun-tahun sebelumnya, puncak acara adat tersebut dipusatkan di Pantai Blado.
Ritual larungan dilakukan oleh tokoh adat setempat, setelah terlebih dahulu dilakukan kirab tumpeng raksasa serta aneka hasil bumi dari pusat kota kecamatan hingga lokasi untuk melarung.
"Alhamdulillah prosesinya berlangsung lancar. Warga dan nelayan bahkan sempat berebut buah-buahan yang ada di dalam peti sebelum tumpeng sesaji di larung ke tengah laut," ujar Kabag Humas Pemkab Trenggalek Yoso Mihardi.
Sayangnya, ritual khas "bersih laut" yang sudah menjadi tradisi turun-menurun tersebut tidak banyak disaksikan oleh warga luar Munjungan.
Dari sekitar 300-an pengunjung tampak hadir dan melihat dari dekat prosesi Longkangan, hampir semua merupakan warga sekitar.
Sulitnya medan dan lokasi yang terlalu jauh diduga menjadi penyebab festival sedekah laut di Pantai Blado tidak banyak dilirik wisatawan lokal, luar daerah, apalagi turis mancanegara.
"Jika dibanding dengan larung sesaji yang digelar di Pantai Prigi (Watulimo) memang disini relatif tidak terlalu banyak pengunjung. Mungkin karena pelaksanaannya hari Sabtu sehingga pengunjung, utamanya kawula muda, masih sekolah," ujar Okta, staf Humas Pemkab Trenggalek.
Meski demikian, Asisten III Pemkab Trenggalek, Abdul Muid maupun Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Poraparibud), Catur Eko Prasetyo, tetap berharap upacara tradisi seperti itu tetap bisa dipertahankan.
"Kami sangat ingin ikon-ikon budaya khas lokal semacam ini (Longkangan) bisa terus dilestarikan demi menarik kunjungan wisata," ujar Abdul Muid. (*)