Susu Program Berbuah Petaka
Sabtu, 29 Oktober 2011 5:48 WIB
Kediri - Siang itu, Angga Aldo (12), pelajar asal Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gadungan III, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, hanya berdiam diri di dalam sekolah.
Biasanya, setelah pulang sekolah ia bermain dengan teman-teman sebayanya. Berlari, main petak umpet, dan mainan anak-anak pada umumnya. Namun, aktivitas yang menjadi kegiatan rutin itu untuk sementara waktu terhenti.
Ia lebih banyak menghabiskan waktunya berdiam diri di dalam rumah, dan menghabiskan waktunya dengan belajar, menggambar, menonton televisi. Kebiasaan itu berubah sementara waktu, karena ia harus istirahat, pascakeracunan susu yang dialaminya, Selasa (25/10) di sekolah.
"Biasanya saya main dengan teman-teman. Tapi, hari ini tidak, saya di rumah saja, menggambar," katanya, Jumat.
Angga adalah salah satu dari tujuh siswa yang kondisinya cukup parah saat kejadian keracunan setelah minum susu merek "Jenius" yang diberikan oleh pemerintah lewat program usaha kesehatan sekolah (UKS).
Tubuh kecilnya belum sembuh benar. Sampai saat ini, nyeri di perut masih dirasanya. Tubuhnya juga belum pulih benar. Sejumlah obat yang pernah diberikan saat dirinya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pelem, Pare, hingga kini juga belum habis. Wajahnya hingga kini juga masih terlihat lemah pascakejadian keracunan yang menimpanya dan 57 teman lainnya itu.
"Sirupnya masih ada, rasanya tidak pahit," katanya singkat.
Masih teringat benar saat ia dengan teman-temannya di sekolah diberikan susu oleh guru. Saat itu, rombongan mobil yang mengantar susu datang sekitar pukul 09.00 WIB dan langsung ke sekolah. Dengan didampingi pihak sekolah, susu-susu dengan rasa coklat, vanila, stroberi, dan melon itu diberikan kepada siswa.
"Kami diminta menghabiskan susu itu di kelas. Kami tidak diperbolehkan membawa pulang," ucap anak pasangan Giono (39) dan Sulistyono (39), warga Desa Watugede, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri ini.
Masih terasa di lidah anak kelahiran 24 September 1999 ini, rasa coklat dari susu yang saat ini menjadi bagiannya tidak seperti coklat pada umumnya. Coklat dari susu itu pahit dan asam. Namun, karena saat itu guru minta agar susu diminum dan teman-temannya yang lain juga minum, ia akhirnya ikut mencicipi.
Bukan sehat yang ia dapat, justru sakit perut yang sangat. Ia bahkan kesulitan bernafas, menahan perutnya yang melilit setelah minum susu itu. Kondisi itu juga tidak dirasakan sendiri, ada puluhan teman lainnya yang juga sakit dengan gejala yang sama, perut sakit, mual, dan muntah.
Pelajar yang selalu menjadi juara saat mewakili sekolahnya dalam lomba adzan dan "Qiro'ah" se-Kabupaten Kediri itu sudah tidak ingin lagi mengingat-ingat kejadian keracunan yang pernah terjadi padanya. Ia bahkan saat ini sudah tidak mau lagi jika diberi susu dengan produk yang tidak jelas.
"Tidak mau lagi minum susu itu (sekolahnya mendapat susu bantuan dengan merek "Jenius", red). Nanti, jika diberi saya tidak mau," ucap siswa yang duduk di kelas enam ini.
Walaupun sempat dirawat dua hari dengan enam teman lainnya, Aldo tidak ingin kejadian itu membuatnya bermalas-malasan hingga tidak masuk sekolah lagi.
Ayah Aldo, Giono mengatakan, anaknya hari ini memaksa masuk sekolah. Sebenarnya, ia tidak tega jika anak satu-satunya itu masuk sekolah, karena kondisinya belum pulih benar.
"Ia memaksa, katanya ingin masuk sekolah. Jadinya, tadi pagi saya antar," ucapnya.
Giono juga berpesan kepada anaknya untuk lebih hati-hati, terlebih lagi jika diberikan makanan maupun minuman yang belum teruji kualitasnya. Ia minta agar makanan maupun minuman itu tidak dimakan.
"Boleh diterima, tapi, jangan dimakan, khawatirnya kejadian seperti ini lagi," kata pria yang bekerja sebagai petani ini.
Sementara itu, guru olahraga di sekolah itu, Sugeng mengatakan terus memantau kesehata anak didiknya, terlebih lagi mereka yang baru sakit. Ia juga minta agar anak-anak yang sakit tidak usah mengikuti pelajaran olahraga untuk sementara waktu.
"Saya tidak perbolehkan anaka-anak ikut olahraga dulu. Mereka ganti seragam, tapi, hanya duduk-duduk saja," katanya.
Ia menyadari, kondisi anak asuhnya masih banyak yang lemah pascakejadian keracunan tersebut. Walaupun saat ini seluruh anak yang dirawat di rumah sakit sudah masuk sekolah, ia tetap meminta mereka untuk tidak terlalu capai, agar kesehatannya juga cepat pulih.
Program Berbuah Bencana
Niat baik pemerintah untuk memberikan tambahan gizi kepada para pelajar tingkat sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berbuah petaka, dengan banyaknya korban jatuh setelah keracunan minum susu dengan merek "Jenius" tersebut.
Pada Selasa (25/10), sebanyak 57 anak dari dua sekolah yaitu SDN Gadungan III dan SD NU Watugede, Kecamatan Puncu berjatuhan. Perut mereka rasanya sakit, mual, dan ingin muntah.
Berbagai upaya penyembuhan dilakukan, mulai dari memberi air kelapa muda, hingga pemberian obat dilakukan agar anak-anak yang menderita keracunan itu pulih. Bahkan, ada tujuh anak yang terpaksa dilarikan ke RSUD Pele, Pare untuk perawatan, karena kondisinya sangat parah.
Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kediri, Edhi Purwanto menyesalkan dengan kejadian itu. Pihaknya juga sudah berupaya untuk menyelamatkan anak-anak itu, termasuk memberi perawatan di rumah sakit.
Edhi mengatakan, pemerintah akan melakukan sejumlah langkah-langkah, di antaranya mengevaluasi pemberian program tersebut.
"Kami akan evaluasi program itu, termasuk akan melakukan uji lingkungan," katanya.
Program pemberian susu UKS itu sudah berlangsung selama tujuh tahun lamanya, mulai pemerintahan mantan Bupati Sutrisno. Tiap tahun, program itu menjangkau dua kecamatan dan tahun ini giliran Kecamatan Puncu dan Plosoklaten, dengan targetan anak-anak yang duduk di sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI). Produk yang diberikan kepada anak-anak juga sama, dengan merek "Jenius", walaupun CV yang bekerjasama berbeda.
Program itu belum ada sinyal untuk dihentikan. Pada 2012 mendatang, pemerintah masih menganggarkan program yang sama, yaitu bantuan susu lewat program UKS, dengan anggaran sekitar Rp300 juta.
Jumlah sekolah yang mendapatkan program ini pada 2011 adalah 75 lembaga baik SD ataupun MI, dengan jumlah murid sekitar 14.000 siswa. Pada 2011 ini, program itu dimulai setelah hari raya Idul Fitri 1432 Hijriah.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkab Kediri, Mujahid mengatakan, program itu dilakukan oleh pihak ketiga melalui tender, dan saat itu dimenangkan oleh CV Amanda dari Kediri. CV itu juga diketahui sudah dua kali mengikuti proyek ini yaitu pada 2009 dan 2011. Mereka bekerjasama dengan perusahaan susu yang memproduksi susu kemasan merek "Jenius".
Berdasarkan penelusuran, CV Amanda pernah disorot oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat mengikuti tender pada 2009. BPK menilai, CV itu tidak lolos untuk ikut proyek, karena produk yang ditawarkannya tidak sesuai dengan spesifikasi.
Penanggungjawab Badan Pemeriksa Keuangan RI, perwakilan Provinsi Jatim, Yuan Candra Djaisin, yang saat itu menjabat, melaporkan dokumen penawaran CV Amanda tidak memenuhi syarat spesifikasi yang dipersyaratkan dalam pelelangan yaitu bersertifikat MUI dan BPOM (menyertakan salinan sertifikat) atas rasa coklat, stroberi, melon, dan vanila dari susu yang diproduksinya.
CV itu hanya melampirkan salinan sertifikat yang dikeluarkan salinan sertifikat produk dari
dua rasa oleh Badan POM RI, yaitu Nomor PO.01.02.51.919.PKP3/MD/04/05/348 POT untuk Susu "pasteurisasi" rasa coklat, kedua Nomor PO.01.02.51.920.PKP3/MD/04/05/348 POT untuk Susu pasteurisasi rasa strawberi.
Sementara itu, dua rasa lainnya yaitu melon dan vanila tidak ada. Bahkan, hasil laporan pengujian untuk rasa coklat yang dikeluarkan oleh BPOM di Surabaya, BPOM juga menyimpulkan tidak memenuhi syarat MPN coliform >10 APM/ml.
Sedangkan, sertifikat halal dari MUI hanya ada dua rasa yang mendapat sertifikat halal yaitu susu rasa coklat dan stroberi dengan Nomor 07040000180505. Dua rasa lainnya, melon dan vanila tidak ada.
Dari data di atas seharusnya pelaksana CV Amanda tidak lulus atau gugur, dikarenakan spesifikasi yang dipersyaratkan tidak dipenuhi. Namun menurut keterangan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) CV Amanda telah melengkapi sertifikat dari MUI dan BPOM untuk proyek yang anggarannya hingga Rp273,2 juta itu.
Perusahaan yang memproduksi susu merek "Jenius" itu juga tidak diketahui pasti, karena sering berubah-ubah. Setidaknya, ada tiga nama yang tertera di perusahaan itu, dengan satu merek, yaitu PT Vitindoriz HS Ekonomi, kedua PT Vitindo Riz Electrem, dan ketiga PT Vitindo Riz Metreem. Belum diketahui nama sebenarnya dari pabrik yang terletak di Desa Sumberjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu.
Informasi yang beredar, perusahaan itu dikelola oleh keluarga mantan Bupati Kediri, Sutrisno. Ia adalah suami dari Bupati yang saat ini menjabat, Bupati Haryanti. Bahkan, adik mantan Bupati Kediri, Sutrisno, yaitu Sulkani dikabarkan ikut mengelola perusahaan tersebut. Namun, pria yang kini duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kediri itu menolak untuk dikonfirmasi. Telepon selulernya tidak diangkat saat dihubungi.
Pascakejadian tersebut, polisi juga turun tangan untuk menyelidikinya. Namun, hingga kini hasil penelitian dari laboratorium forensik belum keluar, dan harus menunggu sekitar satu pekan.
Hingga kini, polisi juga sudah memeriksa 11 orang saksi, baik dari kepala sekolah, guru, hingga murid dari SDN Gadungan III. Namun, untuk memanggil manajemen, masih belum dilakukan, dengan alasan menunggu hasil laboratorium.
"Kami masih tunggu hasil laboratorium," kata Kepala Kepala Kepolisian Resor (Polres) Kediri, AKBP Heri Wahono.
Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kediri, menyayangkan kejadian keracunan tersebut. Mereka menduga, "Quality control" di perusahaan tersebut kurang, hingga ada kejadian keracunan. Terlebih lagi, kasus ini bukan yang pertama kali terjadi, saat pemerintahan mantan Bupati Sutrisno pada 2006 juga ada kasus serupa.
"Kami sepakat programnya, tapi untuk produknya ini kami minta ini dievaluasi. Kami berharap, ini dihentikan terlebih dahulu, sampai semua ada kejelasan," kata Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Kediri, Abdul Hasyim.
Dewan juga belum ada rencana untuk melakukan inspeksi mendadak atau sidak di perusahaan tempat pembuatan susu dengan merek "Jenius" tersebut. Mereka hanya akan melakukan dengar pendapat dengan pemerintah dan manajemen pekan depan. (*)