Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan meresmikan Proyek Strategis Nasional Tangguh Train 3, yang merupakan proyek pengembangan kilang LNG di lapangan gas Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat, Jumat.
Dalam peresmian tersebut, Presiden akan didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi di Jakarta, Jumat mengatakan selain meresmikan Proyek Tangguh Train 3, pada kesempatan tersebut juga akan disampaikan pengembangan tiga proyek lain di Papua Barat yang masih merupakan bagian dari proyek hulu migas dan turunannya.
Pertama, Proyek Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) Ubadari yang merupakan proyek terintegrasi berikutnya dari Proyek Tangguh.
Kedua, proyek hilirisasi blue ammonia dan ketiga, akan segera dimulainya pengembangan Lapangan Gas Alam Asap Kido Merah (AKM) di Wilayah Kerja Kasuri.
Baca juga: Jokowi: Sail Teluk Cendrawasih 2023 makin menduniakan Papua
Menurut Agus, produksi gas dari Lapangan AKM itu sebagian akan digunakan untuk mendukung pasokan bahan baku bagi pabrik Pupuk Kaltim yang akan dibangun di Fakfak.
Lapangan Tangguh merupakan penghasil gas bumi terbesar di Indonesia, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gas nasional.
"Sebagai proyek strategis nasional, Proyek LNG Tangguh Train 3 diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi Indonesia dan masyarakat di sekitarnya karena memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mitigasi perubahan iklim," ujarnya.
Agus menambahkan LNG Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni telah beroperasi sejak 2009 dan sekarang terdiri atas fasilitas produksi gas lepas laut yang menyuplai tiga kilang LNG dengan kapasitas masing-masing sebesar 3,8 million ton per annum (MTPA).
"Dengan beroperasinya Train 3, Tangguh menjadi produsen gas terbesar di Indonesia dengan total produksi tahunan 11,4 MTPA atau sekitar 35 persen dari produksi nasional," sebutnya.
Selanjutnya, proyek itu akan menggunakan teknologi carbon capture and storage (CCS) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Proses CCS adalah serangkaian proses yang menangkap karbon dioksida (CO2) dari sumber industri, seperti pembangkit listrik, pabrik semen, atau pabrik baja, dan menyimpannya di lokasi penyimpanan yang aman dan permanen.
"Ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim," jelas Agus Cahyono.