Presiden Somalia Menentang Intervensi Militer Kenya
Selasa, 25 Oktober 2011 4:36 WIB
Mogadishu (ANTARA/AFP) - Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed hari Senin menyatakan menentang serangan militer Kenya ke posisi-posisi gerilyawan di wilayah selatan negaranya, dan menekankan bahwa ia hanya menginginkan dukungan logistik dan pelatihan.
"Pemerintah Somalia dan rakyatnya tidak akan mengizinkan pasukan memasuki wilayahnya tanpa perjanjian terlebih dulu," kata Sharif kepada wartawan di Mogadishu.
"Hanya ada satu hal yang kami tahu tentang pasukan Kenya, dan itu adalah tawaran mereka mengenai pelatihan kepada tentara nasional Somalia," katanya.
Kenya meluncurkan penyerbuan militer delapan hari lalu dengan mengirim pasukan dan tank hingga sekitar 100 kilometer ke Somalia selatan, ke daerah-daerah yang dikuasai gerilyawan Al-Shabaab.
Pernyataan Sharif itu tampaknya bertolak belakang dengan sebuah perjanjian yang ditandatangani pekan lalu oleh para menteri pertahanan Kenya dan Somalia untuk "bekerja sama dalam melakukan pengamanan dan operasi militer".
Perjanjian yang ditandatangani di Mogadishu itu membatasi operasi Kenya di wilayah Juba Hilir Somalia.
"Kami telah meminta negara-negara tetangga melatih pasukan kami dengan tujuan mengambil bagian dalam pembebasan dan upaya perdamaian yang berlangsung di negara ini," kata Sharif.
"Namun, ada masalah-masalah kecil yang kami bahas dengan Kenya yang kami anggap tidak adil," tambahnya, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Pasukan Kenya pada Minggu (16/10) meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.
Senin (17/10), Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.
"Harakat Al-Shabaab Al-Mujahidin dengan ini membantah tegas semua tuduhan mengenai penculikan wisatawan dan pekerja bantuan dari dalam wilayah Kenya," kata kelompok gerilya muslim garis keras itu dalam sebuah pernyataan.
"Tuduhan yang dilontarkan pemerintah Kenya mengenai penculikan akhir-akhir ini tidak berdasar dan... tidak didukung bukti-bukti yang membenarkan. Itu tidak dilakukan oleh Harakat Al-Shabaab Al-Mujahidin" kata kelompok itu.
Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Kamis (13/10), dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari
kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (*)