Rayong, Thailand - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan studi wisata ke beberapa obyek wisata di Thailand, salah satunya kebun buah atau yang dikenal dengan "Suphattra and" di Kecamatan Rayong. Kasubag Layanan Informasi Bagian Humas Pemkot Surabaya, Dayu Kade Asritami di Rayong, Rabu, mengatakan, tujuan studi wisata kali ini untuk melihat potensi wisata yang dikembangkan di Thailand yang kemungkinan bisa diterapkan di tanah Air, khususnya Kota Surabaya. "Siapa tahu pulang dari sini, kita akan menemukan inspirasi untuk mengembang potensi wisata serupa di Surabaya," kata Dayu saat berkunjung bersama rombongan Pemkot Surabaya ke Kebun Buah Suphattra Land. Menurut dia, jika mencontoh Thailand dalam upaya mengembangkan potensi wisata salah satunya kebun buah, maka tidak berlebihan jika potensi yang ada di Surabaya dikembangkan. "Meski di Surabaya lahan untuk itu terbatas seiring dengan kepadatan penduduk, namun tidak menutup kemungkinan inspirasi ini bisa ditiru," katanya. Rombongan Pemkot Surabaya kali ini disambut baik oleh pengelola Supattra Land. Mereka diberi penjelasa soal berkembangnya kebun buah yang muasalnya hanya kebun karet. Manajer Suphattra Land Chotichai Buadit mengatakan kedatangan rombongan dari Pemkot Surabaya merupakan yang kesekian kali di antara rombongan-rombongan lain dari Indonesia. "Sebelum tsunami Aceh, pengunjung dari Indonesia terbanyak kedua setelah China. Namun setelah tsunami, menurun hingga urutan ke lima," katanya. Chotichai menjelaskan bahwa 14 tahun lalu, Suphattra Land dengan luas lahan 132 hektare merupakan kebun karet. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan juga pertimbangan atas meningkatnya kebutuhan konsumsi buah-buahan di kalangan masyarakat, maka kebun karet tersebut menjadi kebun buah. "Setelah berubah menjadi kebun buah, kami berusaha mengembangkannya menjadi tempat wisata. Akhirnya tempat ini menjadi agrobisnis yang tidak hanya dikunjungi wartawan domestik, melainkan mancanegara," ujarnya. Adapun buah-buahan yang ada di Suphattra land meliputi durian, apel, anggur, kelapa, blimbing, pepaya, pisang, buah naga, srikaya, kelengkeng dan lainnya. "Namun sebagian lahan masih ada tanaman karet. Buah-buah itu kami ekspor ke negara-negara lain," katanya. Saat ditanya berapa pendapatan, Suphattra rata-rata setiap harinya, Chotichai enggan mengatakannya. Sementara itu, untuk bisa masuk ke area kebun buah, setiap pengunjung dikenai tarif masuk 400 baht. Di tempat itu, pengunjung akan diajak keliling kebun dengan menggunakan mobil kelililing. Setiap anjungan, para pengunjung dipersilakan menikmati berbagai rasa jenis buah sepuasnya. Pengunjung di kebun buah setiap harinya rata-rata bisa mencapai 300 hingga seribuan orang. Meski demikian, lanjut dia, pihaknya mengaku kekurangan tenaga atau karyawan. Hal itu dikarenakan banyak warga asli setempat tidak berkenen menjadi petani kebun.
Berita Terkait

Mira Lesmana ungkap pengalaman berkesan selama pembuatan "Rangga & Cinta"
20 Juni 2025 22:00

Padukan kebaya dengan gaya lebih kekinian
20 Juni 2025 13:37

Disbudpar Jatim gelar Urban Youth 2025 angkat sosok Gayatri
19 Juni 2025 17:54

Gaya hidup kunci cegah hipertensi pada kaum muda
19 Juni 2025 12:11

Angel Pieters ceritakan proses remake lagu dan musik video "Cinta"
18 Juni 2025 15:25