Petani Trenggalek Gelar Tradisi Lempar Kepala Kerbau
Jumat, 14 Oktober 2011 18:44 WIB
Trenggalek - Sejumlah kelompok tani di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Jumat, menggelar upacara adat "nyadran" atau larung sesaji, yaitu tradisi melempar kepala kerbau ke dasar Dam Bagong untuk mengenang jasa pendiri daerah tersebut, Ki Ageng Menak Sopal.
ANTARA melaporkan, potongan kepala kerbau yang dibungkus kulit tersebut dilarung ke Dam Bagong, selanjutnya diperebutkan oleh beberapa warga yang telah siap menunggu di dalam air.
Tradisi yang rutin di gelar setahun sekali tersebut mendapat sambutan meriah dari masyarakat sekitar, ratusan warga berbondong-bondong untuk menyaksikan prosesi adat tersebut.
"Acaranya cukup seru, apalagi saat rebutan kepala kerbau," kata Salah satu warga Trenggalek bernama Suryadi.
Sebelum acara lempar kepala kerbau, prosesi didahului dengan ruwatan, pembacaan sejarah Dam Bagong, serta ziarah ke makam Ki Ageng Menak Sopal yang berjarak sekitar 200 meter dari Dam Bagong.
Dari catatan sejarah, pembangunan dam tersebut berawal dari keprihatinan Ki Ageng Menak Sopal terhadap kondisi petani di wilayah Trenggalek yang selalu mengalami kekeringan dan gagal panen.
Selanjutnya, sesepuh Trenggalek itu mengajak masyarakat untuk menaikkan sungai Bagong dengan cara membuat dam, namun pada tahap pelaksanaan pembangunan selalu mengalami kegagalan karena tembok yang telah selesai dikerjakan selalu runtuh.
Dari situlah kemudian Menak Sopal mengambil inisiatif mengorbankan seekor gajah putih sebagai tumbal pendirian Dam Bagong. Seiring berjalannya waktu, korban gajah tersebut kemudian diganti dengan seekor kerbau.
"Tradisi melempar kepala kerbau ke dalam Dam Bagong ini sebagai simbol pengorbanan dan kami rasa ini tidak sia-sia karena kepala, kulit, dan kaki kerbau yang dilemparkan itu akan diperebutkan oleh masyarakat," kata Kabag Humas Pemkab Trenggalek, Yoso Mihardi.
Yoso menambahkan, kegiatan yang kemudian diberi nama/istilah "Bersih Dam Bagong" tersebut akan terus dilestarikan setiap tahun. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat tidak melupakan jasa yang telah ditorehkan oleh Ki Ageng Menak Sopal.
"Yang jelas pembangunan Dam Bagong pada pertengahan abad 16 tersebut mampu memberikan manfaat yang cukup banyak terhadap masyarakat, terutama untuk irigasi pertanian di wilayah Trenggalek. Sebab meskipun telah lama dibangun, namun manfaatnya masih bisa dirasakan hingga saat ini," katanya.
Sementara itu, Bupati Trenggalek Mulyadi WR mengingatkan tentang pentingnya saluran irigasi yang telah dibuat oleh Ki Ageng Menak Sopal terhadap kelangsungan pertanian di wilayahnya.
"Jadi sesuai apa yang pernah dikatakan Bung Karno soal 'Jas Merah', jangan sekali-sekali melupakan sejarah dan semoga ke depan ada Menak Sopal-Menak Sopal baru di Trenggalek ini," kata Mulyadi saat menyampaikan kata sambutan menjelang prosesi "Bersih Dam Bagong".
Selain itu, Mulyadi juga meminta doa restu kepada masyarakat Trenggalek atas rancana pembangunan Bendungan Tugu, yang nantinya diharapkan bisa mengairi ribuan hektare sawah serta mampu mengurangi 50 persen potensi banjir di wilayah Trenggalek. (*)