Oleh Slamet Agus Sudarmojo Bojonegoro - Pengembangan batik "Jonegoroan" yang diklaim merupakan batik asli Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), mengandung semangat menampilkan potensi yang dimiliki di daerah, yang sebenarnya juga bisa ditemukan di daerah lain. Tanaman tembakau misalnya, juga bisa ditemui di daerah Madura, Jember, Jatim maupun di Temanggung, Jateng serta NTB, juga daerah lainnya di tanah air. Di Bojonegoro, potensi tembakau Virginia Voor Oosgt (VO) juga jenis Jawa, yang dikenal sejak jaman Belanda, bisa berubah menjadi motif batik yang disebut, "Sata Ganda Wangi". "Ada sembilan motif batik 'Jonegoroan', semuanya menyangkut potensi daerah Bojonegoro," kata pemilik Griya Batik "Jonegoroan" Bojonegoro, Nanik Lusetyani. Kelahiran sembilan motif batik Jonegoroan tersebut, tidak lepas dari Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro, Ny Mafudoh Suyoto. Sebelum diperkenalkan kepada masyarakat, pada 29 Maret 2009, sembilan motif batik tersebut terpilih berdasarkan lomba melukis motif batik dengan tema potensi daerah. Motif batik tersebut, "Sata Ganda Wangi" (tembakau), "Jagung Miji Emas" (Jagung), "Parang Lembu Sekar Rinambat" (Sapi) dan "Mliwis Mukti" (burung Mliwis putih), "Rancak Thengul" (Wayang Thengul), "Gastra Rinonce" (minyak), "Sekar Jati" (pohon jati), "Parang Dahana Munal" (api abadi Kahyangan Api), dan "Pari Sumilak" (tanaman padi). "Ributnya istri saya, melebihi ketika mau melahirkan anak," komentar Bupati Bojonegoro Suyoto, yang mengomentari acara pengenalan perdna ("launching") batik Jonegoroan di depan kantor pemkab ketika itu. Usaha mendorong lahirnya batik Jonegoroan tersebut, tidaklah sia-sia, karena langsung disambut warga yang memiliki bakat membatik yang kemudian menekuni pekerjaan menjadi pembatik atau menjadi pengusaha batik khusus Jonegoroan. Berdasarkan data pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro, pada 2009 ada enam sentra penghasil batik Jonegoroan dengan jumlah 92 perajin, produksinya berkisar 2.000 potong/bulan. Sentra perajin batik Jonegoroan terrsebut, berada di Desa Jono, Temayang, Kecamatan Temayang, Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari, Desa Prayungan, Kecamatan Sumberrejo, Desa Mojoranu, Kecamatan Dander, juga di Kecamatan Kota. Jumlah sentra perajin batik tersebut, hanya dalam waktu singkat, semakin bertambah. Seperti yang dikembangkan Nanik dengan membuka sentra Griya Batik Jonegoroan, Maret 2010 dengan melibatkan 60 pembatik. "Produksi batik di tempat kami berkisar 200-300 potong/hari," jelasnya. Seumur Jagung Meskipun baru seumur jagung, sebagaimana diungkapkan Nanik, batik khas Jonegoroan, langsung berusaha mengebrak pasar. Selain mengikuti pameran di berbagai kota di Indonesia, juga ke luar negeri seperti di Singapura. Harga batik Jonegoroan, yang biasa dimanfaatkan pakaian Rp60.000/potong dengan panjang 2 meter, lebar 115 centimeter. Untuk harga batik tertinggi mencapai Rp300.000/potong, untuk batik tulis. "Kami masih berusaha mengembangkan batik Jonegoroan di kaos, hanya saja hasilnya masih belum memuaskan, sehingga belum dipasarkan," ucapnya dengan berterus terang. Dengan harga itu, sebagaimana dituturkan Nanik, para perajin pembatik yang ada di Bojonegoro, masih kewalahan untuk memenuhi pesanan lokal Bojonegoro. Ini setelah pemkab mengeluarkan kebijakan semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada hari Kamis wajib mengenakan batik Jonegoroan, termasuk seragam para pelajar. "Sambutan masyarakat lainnya cukup baik, dalam mengenakan batik Jonegoroan termasuk membeli untuk cendera mata," ucapnya. Tidak hanya itu, kata Nanik, mengambarkan, dalam pameran di Madiun yang sekarang masih berlangsung, batik Jonegoroan, cukup diminati pasar. "Pameran di Madiun masih berlangsung, silahkan cek, batik Jonegoroan cukup laris," katanya, menegaskan. Contoh lainnya, rombongan anggota DPRD Palembang yang melakukan kunjungan kerja ke Bojonegoro, setelah melihat batik Jonegoroan langsung memesan 100 potong motif Parang Lembu Sekar Rinambat (Sapi). "Pemesannya orang PDI, warna batiknya minta dibuatkan merah dan gambar sapinya putih," ungkapnya, sambil tersenyum. Sebagaimana juga disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro Ny Mafudoh Suyoto, selain mengangkat potensi daerah, munculnya batik Jonegoroan tersebut, juga bisa menambah pendapatan keluarga, kalau memang benar-benar ditekuni. Di Bojonegoro, batik motif Jonegoroan, selain bisa diperoleh di sentra penghasil batik, juga bisa diperoleh di Show Room Dekrasnada Disperindag Bojonegoro, di sebelah timur Stasiun Besar Kereta Api (KA) Bojonegoro. Namun, Nanik mengakui, hampir semua perajin di daerah setempat, belum ada sama sekali yang menciptakan motif batik baru, di luar sembilan motif batik yang terpilih dan mewakili batik Jonegoroan. "Lahirnya motif batik baru Jonegoroan, rencanannya tetap akan digelar melalui lomba dengan tema potensi daerah," ujarnya. Pertimbanganya, katanya, masih banyak potensi daerah Bojonegoro yang belum terangkat, di antaranya produksi belimbing di tepian Bengawan Solo, buah salak di sejumlah desa di Kecamatan Kapas, juga potensi lainnya. "Bagaimanapun juga motif batik Jonegoroan ciri khasnya, mengenai potensi daerah, tidak ada yang lainnya," katanya mengambarkan.***6*** (blok_cepu2007@yahoo.co.id).
Batik "Jonegoroan" Jadi Ajang Promosi Potensi Daerah
Sabtu, 1 Oktober 2011 9:55 WIB