Dishutbun Bojonegoro Minta Pabrikan Tetap Beli Tembakau
Kamis, 29 September 2011 14:03 WIB
Bojonegoro - Jajaran Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro, Jawa Timur, meminta pabrikan rokok tetap melakukan pembelian tembakau di sejumlah sentra penghasil tembakau di daerah setempat yang kini masih panen.
Kepala Bidang Usaha Perkebunan Dishutbun Bojonegoro, Khoirul Insan, Kamis mengatakan, pihaknya sudah meminta pabrik rokok seperti PT Gudang Garam, PT Djarum Kudus dan juga yang lainn untuk tetap melakukan pembelian tembakau baik Virginia Voor Oogst (VO) maupun tembakau Jawa.
Pertimbanganya, panen di sejumlah sentra penghasil tembakau di wilayah Bojonegoro masih berlangsung."Kami sudah meminta pabrikan tidak menutup pembelian dulu," katanya.
Itupun, lanjutnya, pihak pabrik rokok diminta melakukan pembelian dengan harga tetap menyesuaikan kualitas. Dengan demikian, jika harga pabrik rokok tidak sebaik harga tembakau yang ditanam sesuai jadwal, bisa menjadi acuan petani untuk musim tanam mendatang.
Sesuai jadwal tanam, akhir September ini sebenarnya sudah merupakan akhir masa panen tembakau. "Ini harapan kami, untuk menampung tembakau yang masih tersisa," katanya tanpa merinci luas areal tanaman tembakau yang belum dipanen.
Secara terpisah, Ketua Kelompok Tani Desa Siwalan, Kecamatan Sugihwaras, Ali Huda menyatakan, harga tembakau virginia krosok di daerahnya tetap stabil, tidak terpengaruh hujan yang turun bersamaan dengan panen.
Hujan yang terjadi di wilayahnya hanya berlangsung dua hari dan setelah itu cuaca kembali cerah. "Kalau tembakau rajangan, dengan adanya hujan harganya bisa berubah, karena berbagai faktor," katanya menjelaskan.
Ia menyebutkan, harga tembakau virginia krosok tetap stabil berkisar Rp25.000-Rp32.000/kg. Harga tersebut merupakan harga setelah hujan dan tidak ada perbedaan dengan harga sebelum hujan.
Ali yang bersama anggotanya menggarap areal tanaman tembakau virginia seluas 100 hektare mengatakan, tanaman tembakau di wilayahnya rata-rata sudah panen petikan kelima dan diperkirakan akhir massa panen tembakau di wilayah ini pertengahan Oktober.
Menurut dia, dengan membaiknya harga tembakau krosok tersebut cukup menguntungkan petani sehingga dapat mengganti kegagalan panen tembakau tahun lalu dan kegagalan panen padi akibat diserang wereng.
"Kalau saya, kerugian sekitar Rp200 juta tahun lalu, sudah kembali, dan sekarang tinggal menghitung untung," katanya sambil tersenyum.
Sementara itu, berdasarkan data di Dishutbun Bojonegoro, tanaman tembakau virginia dan Jawa seluas 12.275 hektare. Dengan cuaca yang mendukung, akhirnya ada sekitar 1.000 hektare tanaman tembakau yang ditanam diluar jadwal biasanya. (*)