Siswa SD Magetan Kecam Aksi Bom Solo
Senin, 26 September 2011 16:57 WIB
Magetan - Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) "International Islamic School" (IIS) Kabupaten Magetan, Jatim, Senin, menggelar aksi keprihatinan guna mengecam tindakan bom bunuh diri yang terjadi di Solo, Jawa Tengah.
Aksi keprihatian digelar siswa di sejumlah titik lokasi, di antaranya di Alun-Alun Magetan, Pendopo Kabupaten Magetan, dan rumah dinas bupati setempat.
"Bom yang terjadi di sebuah gereja di Solo adalah salah satu bentuk tindakan anarkis dan tidak manusiawi. Kami sangat mengutuk dan mengecamnya karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia," ujar salah satu siswa IIS Magetan, Intan, saat aksi.
Menurut dia, melalui aksi ini, para siswa IIS Magetan meminta kepada pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang antianarkis. Mereka menilai anarkis dan terorisme bukan budaya Bangsa Indonesia.
"Kami menolak kekerasan yang berbau agama. Kami berharap di Indonesia tidak ada terorisme, karena hal tersebut bukan budaya negara kita," ucap Intan, berharap.
Sambil membawa poster, para siswa ini menyalurkan aspirasinya dan keprihatinannya atas teror bom yang masih terus terjadi di Indonesia. Poster-poster tersebut bertuliskan tuntutan untuk mewujudkan pendidikan yang antianarkis dan antiteroris.
"Kami juga bersimpati kepada korban luka yang saat ini masih dirawat di rumah sakit akibat aksi bom bunuh diri tersebut. Semoga mereka segera diberi kesembuhan oleh Allah SWT," tambah Intan.
Sementara, salah satu pengajar IIS Magetan, Puji Santosa, menyatakan sangat mendukung aksi yang dilakukan oleh anak didiknya. Aksi ini sebagai salah satu cara menumbuhkan rasa kecintaan kepada bangsa dan negara.
"Melalui aksi ini, secara tidak langsung dalam diri siswa akan tertanam sikap antiteroris yang sangat melanggar hak asasi manusia. Saya sepakat jika teroris ditangkal melalui dunia pendidikan, terlebih pendidikan sejak dini," ujar Puji.
Ia menilai, kegiatan yang dilakukan oleh para teroris juga diajarkan lewat pendidikan, karena itu, sejak awal anak didik bangsa sudah harus dibentengi dengan nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang tinggi.
Aksi keprihatinan ini berlangsung sekitar dua jam dengan penjagaan aparat kepolisian setempat. Aksi diawali dengan kegiatan mengheningkan cipta, kemudian dilanjutkan dengan treatikal antiterorisme, dan penyebaran selebaran berisi ajakan untuk meolak aksi anarkis dan terorisme.