Fajar ditemui di Surabaya, Selasa, mengatakan inovasi itu diciptakan, karena ingin memperbaiki sistem pemetaan penyebaran gizi buruk yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dimana masih bersifat akumulatif, yang hanya menampilkan angka dan data.
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sistem informasi kasus gizi buruk yang dimiliki Dinkes Jawa Timur ini masih sekedar menampilkan angka-angka dan data yang sifatnya akumulatif. Sehingga, detail mengenai kondisi potensi gizi buruk belum ada," ujar mahasiswa bimbingan Supangat, M.Kom., ITIL., COBIT., CLA itu.
Berangkat dari hal tersebut, Fajar kemudian menciptakan sistem informasi pemetaan penyebaran gizi buruk sendiri di wilayah Jawa Timur dengan menambahkan bentuk visualisasi.
"Istimewa dan kelebihan sistem informasi yang saya ciptakan ini dapat menampilkannya dalam bentuk visualisasi peta. Selain itu, pengguna juga bisa melihat detail penyebaran dan tingkat penyebaran di suatu daerah," kata Fajar.
Menggunakan Algoritma K-means Clustering, lanjut Fajar, sistem informasi ini memungkinkan untuk menampilkan pengelompokan wilayah kasus penyebaran gizi buruk di Jawa Timur.
"Dengan menggunakan K-means Clustering akan menghasilkan tiga klaster wilayah dengan tingkat kerentanan kasus penyebaran gizi buruk berdasarkan kota atau kabupaten, yakni tingkat tertinggi, tingkat rentan, dan tingkat rendah," ujarnya.
Sistem informasi itu, lanjutnya, akan menggunakan laman dengan berbagai fitur yang inovatif, salah satunya fitur pelaporan.
"Aplikasi ini dijalankan melalui website. Pada halaman utama terdapat peta visualisasi titik penyebaran gizi buruk beserta detail penyebarannya," ucapnya.
Selain itu, laman ini dilengkapi dengan fitur pelaporan, sehingga para pengguna dapat memasukkan data gizi buruk secara mandiri yang kemudian divalidasi oleh administrasi ke peta di halaman utama.
Fajar berharap dengan adanya sistem informasi pemetaan penyebaran gizi buruk ini dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dan pemerintah untuk melihat kasus-kasus gizi buruk.
"Semoga adanya sistem ini dapat meminimalisasi penyebaran gizi buruk di Jawa Timur. Masyarakat dapat melihat dan melapor, Dinkes Jatim juga dapat melakukan peninjauan dan analisis yang jauh lebih baik," kata putra dari Moch. Sofi’i dan Crisna Haryani tersebut.