Madiun (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun mencatat inflasi di wilayah setempat pada Juli 2023 sebesar 0,10 persen yang didorong kenaikan biaya pada kelompok pengeluaran pendidikan.
"Tidak hanya bahan kebutuhan pokok seperti sembako, laju inflasi di Kota Madiun salah satunya juga dipengaruhi oleh kelompok pendidikan," ujar Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Kota Madiun, Ida Ayu Damayanti di Madiun, Kamis.
Menurut dia, sesuai data, memasuki tahun ajaran baru 2023/2024, kelompok pendidikan mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen dengan andil inflasi 0,02 persen.
Selain itu, juga ada komoditas makanan, minuman, dan tembakau yang naik sebanyak 0,15 persen dengan andil 0,04 persen.
Lebih lanjut ia menjelaskan angka inflasi Kota Madiun pada Juli 2023 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Yakni, dari 0,08 persen menjadi 0,10 persen.
Meski begitu, angka inflasi Kota Madiun masih di bawah inflasi gabungan delapan kabupaten/kota di Jawa Timur yakni 0,15 persen dan nasional 0,21 persen.
Ida menjelaskan sejumlah komoditas lain penyumbang inflasi pada Juli 2023, di antaranya, kenaikan harga rokok kretek, telur ayam ras, ayam hidup, daging ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang putih.
Khusus telur ayam ras, daging ayam broiler, dan bawang putih, pihaknya menyebut bahwa ketiganya telah mengalami kenaikan selama tiga bulan berturut-turut.
Untuk itu, BPS merekomendasikan sejumlah strategi kepada Pemkot Madiun. Salah satunya, memperpendek rantai pemasaran.
"Kalau semakin panjang rantainya, harga akan semakin tinggi. Apalagi, jika komoditasnya didatangkan dari luar daerah. Misalnya, daging ayam broiler. Kalau dari produsen sudah tinggi, maka harga di pasaran juga akan tinggi," katanya.
Tidak hanya itu, program operasi pasar atau pemberian subsidi seperti yang sudah dilaksanakan Pemkot Madiun selama ini juga diyakini bisa mengatasi permasalahan kenaikan harga.
Sementara itu, sejumlah komoditas menjadi penekan inflasi pada Juli 2023 di antaranya, penurunan harga bawang merah, cabai rawit, harga mobil, beras, dan telepon seluler.
Ia menambahkan dari delapan kabupaten/kota penghitung inflasi nasional di Jatim, hanya satu kota yang mengalami deflasi, yakni Sumenep -0,08 persen.
Sedangkan, tujuh daerah lainnya mengalami inflasi. Tertinggi terjadi di Malang 0,19 persen dan Kediri 0,16 persen. Kemudian, Surabaya 0,15 persen, Jember 0,11 persen, Kota Madiun 0,10 persen, Probolinggo 0,09 persen, dan terendah Banyuwangi 0,04 persen.