Pemusik AS dan Hungaria Pentas Promosi Wisata Bromo
Rabu, 21 September 2011 19:23 WIB
Surabaya - Pemusik asal Amerika Serikat dan Hungaria, Joe Rosenberg (saksofon) dengan Helga Sedli (biola), akan tampil dalam pentas promosi pariwisata bertema "Harmoni Tengger" di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Bromo, Jatim, Jumat, 23 September 2011.
Koko Harsoe, kurator kegiatan Harmoni Tengger di Surabaya, Rabu mengatakan bahwa konser yang didukung Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tersebut juga akan menampilkan sejumlah grup musik dari berbagai daerah di Indonesia.
"Selain kedua pemusik dari AS dan Hungaria, mereka yang akan tampil adalah, Syaharani dari Jakarta, Koko Harsoe dan Prabumi dari Yogyakarta, grup BAIO dari Bali dan Artmoschestra dari Malang," katanya didampingi Redy Prasetyo, salah satu personel Artmoschestra.
Pentas jaz di kawasan Bromo ini, katanya, akan menawarkan perhelatan musik yang mempertontonkan pergaulan bangsa melalui budaya, yaitu musik daerah dan internasional dalam balutan nuansa masyarakat Tengger dan sekitarnya.
"Jaz di Bromo adalah sebuah peristiwa budaya yang diharapkan menjadi salah satu pemantik dan referensi bagi penyelenggara acara-acara musik di Indonesia untuk melibatkan dan memberdayakan masyrakat lokal, baik dari sisi ekonomi dan pariwisata, terutama bagi daerah sekitar yang menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan tersebut," katanya.
Musik jaz, kata Koko, identik dengan masyarakat Tengger di kawasan Bromo yang penuh kedamaian, harmoni dan keramahan. Perhelatan Harmoni Tengger ini akan menggemakan suatu semangat kedamaian hakiki kepada masyarakat daerah dan dunia dengan balutan musik jaz.
"Melalui musik jaz, eksotisme Bromo sangat layak untuk dibagikan ke berbagai penjuru dunia dalam nuansa penuh kedamaian," ujarnya.
Jaz, menurut dia, merupakan sebuah kata yang singkat, namun mampu membangkitkan perasaan yang dalam dan penuh makna bagi orang yang merasakan dan memaknainya.
Indonesia, katanya, sebagai bangsa yang punya budaya besar dan agung juga terbuka terhadap segala budaya yang memiliki estetika tinggi dan berakulturasi dengan budaya lokal yang tidak juga kalah arifnya dengan budaya impor.