Probolinggo (ANTARA) - Mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045 merupakan langkah permerintah dalam membangun Indonesia untuk menjadi megatrend dunia yang semakin sarat akan persaingan yang sangat ketat.
Pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut membangun pilar Visi Indonesia 2045 sebagai bahan acuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa demi mewujudkan indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, menjadi acuan setiap langkah pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Pencapaian impian dan visi Indonesia 2045 dibangun dengan 4 pilar berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berbangsa, bernegara dan konstitusi.
Keempat Pilar Visi Indonesia 2045 itu adalah Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan serta Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.
Tujuan dari empat Pilar Indonesia itu adalah Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.
Mimpi besar itu akan berekses pada lembaga pendidikan pesantren. Sebab itu, Pesantren idealnya tak cukup hanya mempertahankan tradisi-tradisi kepesantrenan. Pesantren harus bergerak lebih maju dalam menyambut tantangan arus globalisasi.
Pesantren tidak boleh alergi dengan kemajuan teknologi yang makin hari kian berkembang. Arus perubahan teknologi yang begitu cepat ini, berharap agar pesantren mampu beradaptasi dan merangkulnya.
Pesantren yang hanya berkutat pada budaya-budaya yang "dipandang" sebagai budaya paten dan menutup diri dengan budaya baru tidak menutup kemungkinan akan mengalami hambata-hambatan dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik.
Salah satu pesantren yang tidak menjadikan arus perkembangan teknologi sebagai momok bagi karakter pesantren adalah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Pesantren ini memiliki nilai-nilai ideologis yang telah mengakar pada sistem pendidikan, pengaderan, dan aktivitas keseharian santri.
Idiom ini telah terpopulerkan melalui trilogi dan panca kesadaran santri Pesantren Nurul Jadid. Ruh ini pun yang menjadi sprit KH Zaini Mun’im saat mendirikan pesantren. Kiai Zaini tahu bahwa akan ada perkembangan zaman yang kelak harus disambut oleh pesantren.
Penyambutan itu harus dilandasi dengan karakter pesantren yaitu, ilmu. Sebab peradaban ilmu telah mengakar di dunia pesantren. Ilmu adalah satu-satunya sarana untuk melanggengkan visi-misi pesantren dalam kondisi dan tempat dimana pun berada.
Internalisasi spirit Kiai Zaini terejewantahkan melalui prinsip pesantren yang dikenal dengan trilogi dan panca kesadaran santri.
Lahirnya prinsip ini tak lepas dari bacaan Kiai Zaini berkait perkembangan dunia, termasuk Indonesia. Menurut Pengasuh Ponpes Nurul Jadid KH Zuhri Zaini, hakikat santri adalah islam Nusantara. Santri adalah kiblat keislaman yang damai, ramah, sejuk, dan pemersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan di antara sesama manusia.
Pesan itu menggambarkan betapa progresifnya pemikiran Kiai Zuhri dalam membaca dunia. Berbicara islam tak hanya berkutat pada wacana keagamaan. Lebih dari itu, agama yang "dinahkodai" oleh Nabi Muhammad ini membincang seluruh aspek pengetahuan. Sebagai ajaran ilahi, islam terus mentrasformasikan nilai-nilai progresivitas menyambut kedatangan arus perubahan yang sangat cepat.
Kiai Zaini sadar, pesantren sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tertua di negeri kita merupakan benteng yang tangguh untuk adaptif terhadap kondisi apapun.
Tetobosan-terobosan Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam menyambut tahun 2045 telah dibunyikan sejak saat ini.
Pngembangan dan peningkatan sumber daya manusia tengah mendapatkan perhatian sangat serius dibuktikan dengan pelatihan dan pengembangan dengan berbagai kursus dan pelatihan-pelatihan. Pemasaran teknologi pun juga dikenalkan ke kalangan masyarakat pesantren, dengan disediakannya asrama jurusan teknologi dengan sistem terintegrasi dengan pendidikan formal.
Pondok Pesantren Nurul Jadid juga berkomitemen membangun ekonomi keummatan melalui alumninya yang terimpun dalam wadah organisasi Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ). Pengembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat merupakan salah satu gerakan yang terus diimpi-impikan, dan menjadi cita-cita luhur dari pesantren yang lokasinya terletak tidak jauh dari masyarakat nelayan ini.
Tentu spirit untuk mencetak generasi emas telah terbumikan melalui program-program yang ada di satuan kerja pesantren saat ini. Dengan itu, selayaknya Pesantren Nurul Jadid dinobatkan menjadi kiblat peradaban menyambut Indonesia Emas 2045. (*)
*) Ponirin Mika adalah Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton dan Anggota Community of Critical Social Research Probolinggo
Ponpes Nurul Jadid Kiblat Peradaban Indonesia Tahun 2045
Minggu, 30 Juli 2023 7:53 WIB