Washington (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan keputusan Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam tidak masuk akal, dan mendesak agar ekspor biji-bijian dari Ukraina harus dilanjutkan secepatnya.
“Saya berharap setiap negara memperhatikan ini dengan sangat cermat, mereka akan melihat bahwa Rusia bertanggung jawab untuk menolak makanan bagi orang-orang yang sangat membutuhkan di seluruh dunia dan berkontribusi pada kenaikan harga saat banyak negara terus mengalami inflasi yang sangat sulit," kata Blinken kepada wartawan di Departemen Luar Negeri AS, Senin (17/7).
Dia mengatakan bahwa kesepakatan biji-bijian menjadi perlu karena perang Rusia di Ukraina, dan menuding Moskow menggunakan pangan sebagai senjata.
Blinken mengatakan bahwa pasar sudah bereaksi terhadap keputusan Rusia dengan naiknya harga pangan.
Dia mengatakan Ukraina, AS, dan lainnya akan melihat apakah ada pilihan lain untuk mengirimkan biji-bijian melalui Laut Hitam ke pasar global.
Namun, Blinken mengingatkan jika Rusia mengakhiri inisiatif tersebut serta mengirim pesan bahwa biji-bijian dan produk pangan lainnya tidak dapat meninggalkan Ukraina tanpa hambatan, maka akan ada dampak yang sangat mencemaskan.
"Karena negara lain, perusahaan, pihak pengirim akan sangat khawatir tentang apa yang terjadi pada kapal-kapal dan personel mereka jika Rusia menentang ekspor produk makanan apa pun dari Ukraina," ujar dia.
Lebih lanjut, Blinken menekankan pentingnya kesepakatan sukarela yang melibatkan semua pihak terkait dan didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memastikan keselamatan, keamanan, kepastian dalam pengiriman pangan dari Ukraina ke wilayah-wilayah yang sangat membutuhkan.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam ditandatangani pada Juli 2022 di Istanbul oleh Ukraina, Rusia, PBB, dan Turki guna melanjutkan kembali ekspor biji-bijian dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.
Kegiatan ekspor dari beberapa pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sempat terhenti akibat perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.
Pusat Koordinasi Bersama didirikan di Istanbul tahun lalu dengan pejabat dari tiga negara dan PBB untuk mengawasi pengiriman biji-bijian. Kesepakatan itu telah diperbarui beberapa kali sejak itu, dan diperpanjang selama dua bulan lagi pada 18 Mei 2023.