Madiun (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Madiun menyebut bahwa tingkat hunian atau okupansi hotel di wilayah setempat selama libur panjang Idul Adha 1444 Hijriah/2023 Masehi naik signifikan jika dibandingkan dengan akhir pekan biasa.
"Ada kenaikan okupansi hingga 70 persen lebih dibandingkan dengan akhir pekan biasanya," kata Ketua DPD PHRI Kota Madiun Aris Suharno di Madiun, Kamis.
Berdasarkan hasil laporan, sejumlah hotel dan restoran di Kota Madiun mengalami periode "high season" sejak Rabu (28/6) hingga Minggu (2/7). Kondisi itu dianggap sebagai anomali ekonomi, mengingat Kota Madiun bukan merupakan daerah khusus wisata.
Pihaknya menilai banyaknya agenda peringatan Hari Jadi Kota Madiun ke-105 yang bertepatan dengan momentum libur panjang Idul Adha ikut mendongkrak kunjungan warga luar kota ke Kota Madiun yang berimbas pada okupansi hotel.
"Ini juga tidak lepas dari upaya Pemkot Madiun yang menggelar banyak agenda ketika libur panjang Idul Adha. Sehingga, menarik masyarakat dari luar daerah datang ke sini," kata Aris.
Sementara, Departemen E-commerce Votel Kartika Abadi Hotel Madiun Wiwik Nur Hayati menyatakan libur panjang yang bertepatan dengan momen Hari Jadi Kota Madiun ke-105 memang ikut mempengaruhi tingkat okupansi hotel.
"Karena tamu dari luar cenderung menginap saat ada event atau agenda di Kota Madiun," kata Wiwik.
Ia mengatakan, selama libur Idul Adha tersebut, okupansi di tempatnya meningkat hingga 80 persen. Karena sedang musim liburan, maka mayoritas pelaku usaha perhotelan menaikkan tarif sewa kamar sesuai dengan okupansi.
"Biasanya, kalau okupansi di bawah 50 persen harganya normal. Jika, di atas 50 persen, naik hingga 10 persen dari harga normal," kata Nur.