Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti meminta masyarakat untuk tidak saling menyalahkan soal batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Masyarakat hendaknya menyikapi keputusan FIFA yang membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dengan jernih dan kepala dingin. Terlepas dari adanya kelompok yang pro dan kontra, Pemerintah dan PSSI telah berusaha maksimal. Keputusan akhir tetap di tangan FIFA, tidak perlu saling menyalahkan," ujar Mu'ti dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Indonesia dipastikan batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 setelah otoritas sepakbola dunia, FIFA, mencoret posisi Indonesia.
Sejumlah kalangan menilai penyebab batalnya Indonesia menjadi tuan rumah karena sejumlah faktor seperti kesiapan venue, polemik kedatangan timnas Israel, hingga kusutnya penanganan tragedi Kanjuruhan.
Mu'ti mengatakan status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tentu akan membuat bangga Indonesia, apalagi Timnas Indonesia otomatis dapat ikut berkompetisi tanpa melewati proses kualifikasi.
Namun, mimpi untuk bertanding dan menyaksikan langsung Piala Dunia U-20 tersebut harus gugur. Meski gagal, Mu’ti menekankan keutuhan bangsa lebih utama dalam momentum saat ini.
"Menjadi tuan rumah Piala Dunia tentu sangat penting dan membanggakan. Tetapi, keutuhan dan persatuan bangsa jauh lebih penting dan sangat diperlukan, terutama menghadapi tahun politik 2024," kata Mu’ti.
Menurut dia, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah ini merupakan pelajaran penting bagi PSSI untuk berbenah.
Ia juga mendorong reformasi sepakbola Indonesia agar bisa bersaing dengan negara lain.
"Yang mendesak dan tidak kalah pentingnya adalah membenahi sepakbola di dalam negeri sehingga Timnas Indonesia bisa berprestasi di perhelatan sepakbola dunia. Walaupun tidak setara, berprestasi di pentas dunia tentu tidak kalah membanggakan dan membahagiakan dibandingkan menjadi tuan rumah Piala Dunia," tuturnya.