Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi saat ini fokus penataan daerah hulu dalam penanganan banjir dan ada dua skema yang segera dilakukan yakni membuat parit buntu penahan air atau rorak serta menanam tanaman keras berdaya serap tinggi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan dua skema yang akan segera dilakukan dalam rangka penanganan banjir tersebut akan dilakukan di daerah hulu, yakni gantasan di lereng Gunung Ijen.
"Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis dan berbagai pihak terkait sudah melakukan tinjau lokasi untuk mematangkan tindak lanjutnya. Juga sudah disepakati akan dilakukan pembuatan rorak dan konservasi lingkungan dengan penanaman tanaman keras. Insya-Allah minggu depan mulai dikerjakan senyampang masih musim hujan," ujarnya di Banyuwangi, Rabu.
Menurut Ipuk, konservasi lingkungan di lereng Gunung Ijen sangat diperlukan karena di kawasan yang memiliki ketinggian 500-900 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terdapat tiga perkebunan yang bisa dioptimalkan sebagai daerah tangkapan air (catchment area) sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke hilir.
Di sekitar perkebunan itu, lanjut dia, terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) yang semuanya bermuara di kawasan Kota Banyuwangi, yakni daerah aliran sungai Kalibendo dan Sungai Kalilo.
"Pembuatan parit buntu penahan air dan penanaman tanaman keras yang kami lakukan sebagai salah satu upaya menyiapkan catchment area di daerah hulu, khususnya di lereng Gunung Ijen," ujar Ipuk.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Ilham Juanda menjelaskan bahwa parit buntu penahan air dapat menampung air saat terjadi hujan, sehingga air bisa tertahan lebih lama di daerah hulu, dan juga sangat membantu untuk mengantisipasi kekeringan saat musim kemarau.
"Per hektare bisa kami buat 5 hingga 10 rorak, tergantung kondisi lahan. Kalau perhitungan kami sekitar 1.000 lebih rorak yang diperlukan agar air tertampung maksimal di hulu," ujar Ilham, sapaan akrabnya.
Sedangkan tanaman keras dipilih tanaman durian, mahoni, petai dan sukun, karena selain untuk penyerapan tanaman tersebut juga memiliki nilai ekonomi.
"Untuk program ini dibutuhkan sekitar 1.000 pohon. Selain dari pihak perkebunan, sebagian bibit juga akan didukung dari pemkab. Untuk kawasan hutan di lereng Ijen Perhutani juga menyatakan siap melakukan reboisasi," katanya.