Tulungagung (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tulungagung menyebut distribusi gas elpiji bersubsidi atau “elpiji melon” di daerahnya sejauh ini belum tepat sasaran, karena sebagian digunakan orang yang secara ekonomi tergolong mampu serta untuk kegiatan bisnis.
“Hal ini bisa terjadi lantaran kami kesulitan untuk melakukan pengawasan, terutama saat sudah di tingkat pengecer,” kata Kepala Disperindag Tulungagung Tri Hariad, Jumat.
Akibatnya, ditemukan beberapa kasus warga kurang mampu sulit membeli BBM elpiji bersubsidi. Mereka niat beli ke pengecer namun stok dari agen karena lebih dulu habis sebelum jadwal pengiriman berikutnya tiba.
Fenomena ini disebut Tri Hariadi bisa terjadi karena pengecer tidak memiliki visi sosial dalam pendistribusian elpiji bersubsidi ini.
Sebaliknya, kepentingan pengecer sekedar bisnis, yakni menjadi pengecer BBM bersubsidi siapapun yang beli. Bahkan saat ada pedagang atau pengecer lain membeli dalam partai borongan mendominasi stok lalu menaikkan harga unduk meningkatkan marjn keuntungan.
“Ketika sudah sampai di tangan pengecer, itu kesulitan untuk melakukan pengawasan. Selain itu, dari pengecer juga hanya memiliki kepentingan menjual saja dan tidak mempertimbangkan siapa yang beli,” ujarnya.
Tri mengatakan, pihaknya sejauh ini hanya mengawasi hingga setingkat agen yang jumlahnya 17 agen di Tulungagung.
Dari pengawasan di tingkat agen, gas dijual dengan harga Rp14 ribu per tabung.
Namun sesampainya di tingkat pengecer, gas dijual di kisaran Rp16 ribu hingga Rp18 ribu per tabung.
“Ketika sudah sampai di tangan pengecer, itu kesulitan untuk melakukan pengawasan. Selain itu, dari pengecer juga hanya memiliki kepentingan menjual saja dan tidak mempertimbangkan siapa pembelinya,” tuturnya.
Disperindag Tulungagung sebut distribusi elpiji subsidi belum tepat sasaran
Jumat, 3 Februari 2023 22:06 WIB
Hal ini bisa terjadi lantaran kami kesulitan untuk melakukan pengawasan, terutama saat sudah di tingkat pengecer