Anak Pengungsi Lokon Rindu Sekolah
Rabu, 20 Juli 2011 23:56 WIB
Oleh Jorie MR Darondo
Siang itu sekitar pukul 13.00 wita, Senin (18/1), Glen Sompotan (9 tahun) menemani ibunya Juli Polii untuk mengambil jatah makanan di Posko pengungsi Gunung Lokon di Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Tomohon.
Saat itu, Glen, pelajar kelas IV sekolah dasar (SD) Katolik Kasakasen 1, memegang sebuah buku tulis dan bolpoin.
"Saya baru selesai belajar," kata Glen, sambil tersenyum.
Bagi Glen, berada di tempat pengungsian bukan berarti tidak membuat dia harus pasrah dengan kondisi tersebut.
Glen berada di tempat pengungsian sejak Jumat (15/7) akibat letusan Gunung lokon pada Kamis (14/7) malam sekitar pukul 22.30 wita.
Glen bersama orang tuanya harus mengungsi, sebab tempat tinggal mereka berada di daerah zone merah.
"Sejak berada di lokasi pengungsian sudah tidak masuk sekolah lagi. Tempat sekolah saya di SD Katolik Kakaskaen 1 adalah daerah rawan bencana, sehingga diliburkan," katanya.
Menurut Glenn, dengan tidak masuk sekolah, dirinya takut ketinggalan mata pelajaran.
"Setiap ada waktu saya mencoba membaca dan belajar supaya tidak ketinggalan mata pelajaran, " ujar Glen.
Glenn berharap kondisi yang dialami ini tidak begitu lama, dan cepat kembali ke rumah untuk bersekolah lagi.
"Saya sudah rindu untuk belajar bersama teman-teman di sekolah," kata Glenn, sambil minta ijin untuk pergi ke teman-teman yang ada di lantai dua lokasi pengungisan Kantor PPKAD Tomohon itu.
Kerinduan untuk belajar juga terpancar pada wajah Livo Tambahani siswa SD Inpres Kinolow yang berada pada lokasi pengungsian di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT).
Livo peraih juara kedua saat penerimaan rapor kenaikan kelas VI ini berharap dapat segera masuk sekolah untuk belajar.
"Sejak minggu lalu sudah tidak masuk sekolah dan belajar karena harus mengungsi akibat letusan gunung Lokon," kata Livio yang saat itu memakai kaos dan celana olahraga berwana biru kesebelasan favoritnya "Chelsea".
Livio yang bercita-cita menjadi polisi itu mengatakan, sudah ingin belajar bersama-sama dengan teman-teman di sekolah.
"Takut kalau berada terus di lokasi pengungsian akan ketinggalan mata pelajaran. Saya sudah ingin masuk sekolah," kata Livio sambil memegang karet yang dipakai untuk bermain.
Ketakutan ini berasalan, sebab Livio berada di kelas ujian untuk dapat lulus melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP).
Juli Polii salah seorang pengungsi berharap pemerintah untuk dapat mengambil langkah solusi supaya anak-anak dapat belajar kendatipun berada di lokasi pengungsian.
"Berharap ada jalan keluar supaya anak-anak tidak ketinggalan mata pelajaran di sekolah. Apalagi saat ini merupakan tahun ajaran baru mulai," kata Juli juga orang tua murid.
Sekolah terdekat
Sekretaris Daerah Kota Tomohon, Arnol Poli mengatakan, pemerintan Kota Tomohon telah mengambil langkah-langkah dalam upaya anak-anak untuk mendapatkan pendidikan selama berada di lokasi pengungsian.
Menurut Poli, pihaknya telah membahas tentang pendidikan dari anak-anak pengungsi Gunung Lokon tersebut.
"Pengungsi pelajar tersebut akan mengikuti pendidikan di sekolah terdekat lokasi pengungsian," kata Poli juga Komandan Komando Posko Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Lokon.
Arnold Poli mengatakan, pihaknya telah menurunkan petugas untuk melakukan pendataan terhadap anak-anak wajib sekolah yang saat ini berada di lokasi pengungsian.
Pendataan ini penting untuk mengetahui berapa jumlah anak-anak sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) maupun sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuaruan (SMK).
Pendataan ini juga ada kaitannya untuk pengangkutan bagi anak-anak yang duduk di SMP, SMA maupun SMK guna mengikuti proses belajar mengajar.
Sedangkan untuk anak yang duduk di tingkat SD tidak ada masalah dengan pengangkutan, sebab setiap kelurahan memiliki satu, dua sekolah atau dekat dari lokasi pengungsian," katanya.
Sejak meningkatnya aktivitas Gunung Lokon pada Sabtu (9/7) terdapat sejumlah SD tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar.
Sekolah tersebut antara lain, SD Katolik Kinilow, SD GMIM Kinilow 1 serta SD Inpres Kinilow.
Selain itu terdapat sekitar 5.061 warga di Kelurahan Kinilow, Kinilow 1 dan Kakaskasen 1 diungsikan pada sekitar 23 titik lokasi pengungsian.
Lokasi pengungsian itu antara lain balai pertemuan umum kelurahan, aula gereja, ruang kuliah Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Universitas Negeri Manado (Unima) di Tomohon, aula Parakletos dan sejumlah kantor milik pemerintah, rumah dinas Sinode GMIM dan Masjid.
Dengan langkah solusi yang dilakukan Pemerintah Kota Tomohon diharapkan dapat menjawab kerinduan dari para anak pengungsi itu.