PLN Siap Pasang Tujuh Kabel Bawah Laut
Selasa, 12 Juli 2011 17:57 WIB
Surabaya - Perusahaan listrik negara PT PLN (Persero) Area Distribusi Jawa Timur siap memasang tujuh unit kabel bawah laut di wilayah kerjanya di Jawa Timur.
"Kami optimistis, upaya ini dapat mengurangi ketergantungan pemakaian Bahan Bakar Minyak/BBM di sejumlah pembangkit di pulau terpencil," kata "General Manager" PT PLN (Persero) Area Distribusi Jawa Timur, Haryanto, saat ditanya terkait langkah bisnis PLN menyalurkan listrik di pulau terpencil, di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, dari tujuh lokasi yang direncanakan kini penyaluran energi listrik melalui kabel bawah laut mulai terealisasi antara Pulau Gili Ketapang dengan Probolinggo.
"Besaran investasi pengadaan kabel bawah laut di satu titik tersebut sekitar Rp25 miliar," ujarnya.
Dengan asumsi, jelas dia, nilai investasi kabel bawah laut mencapai Rp2,5 miliar per kilometer, sementara di Pulau Gili Ketapang panjang kabel bawah laut yang dibutuhkan sekitar tujuh kilometer.
"Selain Gili Ketapang, sejumlah pulau terpencil di Jawa Timur sangat potensial untuk dibidik. Tetapi, titik lainnya masih diperlukan kajian lebih lanjut," katanya.
Terkait total yang akan dilayani di Pulau Gili Ketapang, ia merinci, sekitar 450 pelanggan. Namun, pelayanan listrik dengan kabel bawah laut akan terlaksana pascapemasangan infrastruktur tersebut.
"Kalau di dekat Surabaya, titik potensial yang bisa dibidik yakni Kangean dan Bawean. Akan tetapi, kami perlu mensurvei seberapa besar kebutuhan energi listrik di sana," katanya.
Mengenai konsumsi penggunaan BBM Jatim, tambah dia, besarannya mencapai 19 persen dari total biaya produksi. Khusus di Jatim, angka pemakaian BBM untuk penyaluran energi listrik kurang dari 1 persen.
"Di sisi lain, kami harap upaya tersebut sekaligus memasok ketersediaan listrik," katanya.
Apalagi, tambah dia, selama lima tahun ke depan PLN segera menambah ketersediaan listrik 40.000 Megawatt/MW secara nasional menyusul langkah bisnisnya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen.
"Kami yakin dari 40.000 MW tersebut, pemerintah dapat memberikan kontribusi 15.000 MW dan sisa 25.000 MW mendapat dukungan dari swasta," katanya.
Ketersediaan energi listrik dengan besaran tersebut, lanjut dia, rata - rata membutuhkan modal untuk investasi senilai Rp80 triliun per tahun.