Polri menggelar Police Art Festival pada Jumat (16/12) dan Sabtu (17/12) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sebagai bentuk komitmen menciptakan lingkungan masyarakat inklusi, aman, dan ramah terhadap disabilitas.
"Festival ini mengusung konsep kesederhanaan serta ramah lingkungan dalam berbagai kegiatan," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dedi menyebutkan festival itu merupakan wujud kepedulian Polri terhadap seniman, serta berupaya mempresentasikan karya seni ke berbagai komunitas masyarakat. Selain itu, Police Art Festival juga diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional yang diperingati pada 3 Desember.
Festival tersebut, lanjutnya, diikuti oleh seniman difabel, seniman jalanan, serta perwakilan dari berbagai polda. Total ada 45 tim yang terlibat, terdiri atas 10 tim polda, 15 tim seniman difabel, serta 20 tim seniman jalanan.
Dedi menjelaskan konsep festival itu tidak membawa nilai kompetisi atau tidak ada pemenang. Dalam festival itu nantinya juga dilakukan kegiatan melukis dan mini konser bersama seniman jalanan, serta penampilan tarian tradisional dari sekolah luar biasa negeri (SLBN) di Jakarta.
Baca juga: Polri periksa keaslian SPK pembongkaran fasilitas Stadion Kanjuruhan
"Tentunya, kegiatan ini akan melibatkan banyak komunitas serta seniman lokal, yang bertujuan untuk mengapresiasi seniman jalanan sekitar, serta menciptakan lingkungan masyarakat yang ramah disabilitas," jelas Dedi.
Sesuai dengan tema Police Art Festival, yakni "Menciptakan Lingkungan Masyarakat Inklusif, Aman, dan Ramah Disabilitas"; penyelenggaraan festival itu juga menunjukkan peran Polri dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang adil dan ramah terhadap difabel.
Selain itu, Polri juga mengajak generasi muda untuk berperan dalam proses percepatan pemulihan ekonomi Indonesia maju, serta membangun semangat kolaborasi dalam mengekspresikan nilai-nilai seni dan budaya di Indonesia.
"Festival ini dilakukan sebagai langkah Polri mewujudkan lingkungan yang nyaman untuk para penyandang disabilitas, khususnya dalam bidang seni, untuk mengapresiasi para seniman dengan keterbatasan yang dimilikinya agar tetap berkarya," imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Police Art Festival 2022 Brigjen Pol. Gatot Repli Handoko menyebutkan ada makna tersendiri dari penyelenggaraan festival tersebut.
Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri itu mengatakan festival tersebut memberikan perlindungan terhadap difabel, kesetaraan pelayanan kepada masyarakat difabel, memperjuangkan hak difabel dalam pelayanan Polri, dan meningkatkan komunikasi anggota Polri bagi difabel. Hal itu, tambahnya, sesuai dengan sub-tema yang diusung dalam kegiatan tersebut.
Kepedulian dan perhatian Korps Bhayangkara terhadap difabel itu juga masuk dalam program 100 hari kerja Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, selain tentunya perhatian dan kepedulian untuk seluruh anggota Polri menjadi yang utama.
"Sesuai temanya, upaya Polri membangun komunikasi dengan masyarakat difabel, kedekatan, serta upaya memberdayakan mereka meskipun mereka memiliki keterbatasan," ujar Gatot.(*)
"Festival ini mengusung konsep kesederhanaan serta ramah lingkungan dalam berbagai kegiatan," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dedi menyebutkan festival itu merupakan wujud kepedulian Polri terhadap seniman, serta berupaya mempresentasikan karya seni ke berbagai komunitas masyarakat. Selain itu, Police Art Festival juga diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional yang diperingati pada 3 Desember.
Festival tersebut, lanjutnya, diikuti oleh seniman difabel, seniman jalanan, serta perwakilan dari berbagai polda. Total ada 45 tim yang terlibat, terdiri atas 10 tim polda, 15 tim seniman difabel, serta 20 tim seniman jalanan.
Dedi menjelaskan konsep festival itu tidak membawa nilai kompetisi atau tidak ada pemenang. Dalam festival itu nantinya juga dilakukan kegiatan melukis dan mini konser bersama seniman jalanan, serta penampilan tarian tradisional dari sekolah luar biasa negeri (SLBN) di Jakarta.
Baca juga: Polri periksa keaslian SPK pembongkaran fasilitas Stadion Kanjuruhan
"Tentunya, kegiatan ini akan melibatkan banyak komunitas serta seniman lokal, yang bertujuan untuk mengapresiasi seniman jalanan sekitar, serta menciptakan lingkungan masyarakat yang ramah disabilitas," jelas Dedi.
Sesuai dengan tema Police Art Festival, yakni "Menciptakan Lingkungan Masyarakat Inklusif, Aman, dan Ramah Disabilitas"; penyelenggaraan festival itu juga menunjukkan peran Polri dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang adil dan ramah terhadap difabel.
Selain itu, Polri juga mengajak generasi muda untuk berperan dalam proses percepatan pemulihan ekonomi Indonesia maju, serta membangun semangat kolaborasi dalam mengekspresikan nilai-nilai seni dan budaya di Indonesia.
"Festival ini dilakukan sebagai langkah Polri mewujudkan lingkungan yang nyaman untuk para penyandang disabilitas, khususnya dalam bidang seni, untuk mengapresiasi para seniman dengan keterbatasan yang dimilikinya agar tetap berkarya," imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Police Art Festival 2022 Brigjen Pol. Gatot Repli Handoko menyebutkan ada makna tersendiri dari penyelenggaraan festival tersebut.
Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri itu mengatakan festival tersebut memberikan perlindungan terhadap difabel, kesetaraan pelayanan kepada masyarakat difabel, memperjuangkan hak difabel dalam pelayanan Polri, dan meningkatkan komunikasi anggota Polri bagi difabel. Hal itu, tambahnya, sesuai dengan sub-tema yang diusung dalam kegiatan tersebut.
Kepedulian dan perhatian Korps Bhayangkara terhadap difabel itu juga masuk dalam program 100 hari kerja Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, selain tentunya perhatian dan kepedulian untuk seluruh anggota Polri menjadi yang utama.
"Sesuai temanya, upaya Polri membangun komunikasi dengan masyarakat difabel, kedekatan, serta upaya memberdayakan mereka meskipun mereka memiliki keterbatasan," ujar Gatot.(*)