Gresik (ANTARA) - Petrokimia Gresik melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) mendapatkan apresiasi tertinggi atau Platinum Award dalam ajang Indonesian SDGs Award (ISDA) 2022 untuk tiga program pengelolaan lingkungan hidup.
Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo, dalam siaran pers yang diterima di Surabaya, Senin, mengatakan, bahwa semua program tersebut berawal dari permasalahan lingkungan yang kini berhasil menjadi solusi insipiratif dan memberikan dampak tidak hanya pada perbaikan lingkungan, tetapi juga memberikan dampak baik pada kesejahteraan masyarakat setempat.
"Pengelolaan lingkungan menjadi salah satu program prioritas dari TJSL Petrokimia Gresik. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri BUMN Republik Indonesia, Bapak Erick Thohir dimana TJSL BUMN difokuskan pada tiga bidang, yaitu pendidikan, lingkungan hidup dan UMKM. Ketiga program tersebut merupakan implementasi dari fokus TJSL kami di bidang lingkungan, dan telah layak untuk dikembangkan di tempat lain," Kata Dwi Satriyo.
Menurut pria yang juga menjadi Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Alam dan COVID-19 BUMN Jatim tersebut, mengatakan ketiga program yang memperoleh penghargaan adalah Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove Mengare (PRPM Mengare) di Desa Tanjung Widoro, Gresik, kemudian Kali Lamong (Kalam) Mangrove di Desa Sukorejo, Gresik serta program Lingkungan Peternak Sapi Terintegrasi (Literasi) di Desa Sumbersari, Lamongan.
Atas capaian tersebut, lanjut dia, Petrokimia Gresik dinobatkan sebagai The Most Committed Corporate on SDGs for Environment Pillars, sementara Vice President (VP) CSR Petrokimia Gresik Muhammad Ihwan F juga terpilih sebagai Manager CSR/TJSL Terbaik II pada ajang yang sama.
PRPM Mengare merupakan program pemberdayaan masyarakat pesisir Desa Tanjung Widoro, melalui konservasi ekosistem pesisir untuk mengurangi laju abrasi, meningkatkan produktivitas perikanan dan terciptanya alternatif lapangan kerja melalui ekowisata pesisir terpadu.
"Sepanjang pesisir Mengare telah mengalami abrasi cukup hebat dan rawan bencana rob. Berbagai upaya telah dilakukan namun masih belum berhasil. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih masif agar kualitas ekosistem dapat pulih dan terjaga," ujar Dwi Satriyo.
Program PRPM Mengare, menurut dia, sekarang dikembangkan menjadi konsep edufarm, dimana masyarakat dapat belajar pembuatan silase, yakni pengelolaan limbah pertanian menjadi pakan ternak fermentasi, pembuatan media tanam.
Kemudian, limbah kotoran sapi juga dapat diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar kompor dan lampu untuk aktivitas operasional di kandang.
Tak hanya itu, Residu biogas cair kemudian dimanfaatkan menjadi akuakultur dan residu padat menjadi media budidaya cacing yang juga bernilai ekonomi, sehingga tidak menyisakan limbah yang terbuang sia-sia (zero waste).
"Dengan menukar limbah pertanian dan kotoran sapi, anggota juga dapat memiliki asuransi untuk hewan ternak dan lahan pertaniannya. Banyak sekali yang bisa kita pelajari di sana," ucapnya.
Pencapaian ini, lanjut dia, adalah sebuah keseriusan perusahaan dalam peran sustainable bisiness exellent sejalan dengan spirit dan effort pada SDGs dan tidak hanya berfokus pada added value yang berdampak pada laba-rugi perusahaan saja.
"Prestasi ini menggambarkan secara nyata bahwa semangat tersebut terus kita tingkatkan untuk kebermanfaat kepada masyarakat, iklim dan lingkungan," kata Dwi Satriyo. (*)