Surabaya (ANTARA) - Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memberikan beasiswa S2 kepada wisudawan disabilitas netra, Tutik Muliani, yang menuntaskan sarjana pendidikan luar biasa hanya dalam tujuh semester dengan IPK 3.83.
"Unesa adalah kampus ramah disabilitas. Untuk itu, dengan salah seorang mahasiswa selesai cepat semangat luar biasa dibarengi IP bagus. Kami selaku lembaga memberikan peluang beasiswa untuk studi lanjut S2 di kampus tercinta ini," kata Rektor Unesa Prof Nurhasan di sela prosesi wisuda tatap muka, Rabu.
Beasiswa tersebut, kata dia, memberi peluang yang sama kepada anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk mengedukasi masyarakat atau lembaga lain untuk memberikan kompetensi yang dimiliki.
Dalam kesempatan itu, Cak Hasan, sapaan akrabnya, berpesan agar para wisudawan harus tangguh, adaptif, berinovasi, berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lain agar lulusan lebih siap di dunia kerja.
"Ketika mampu beradaptasi maka akan menjadi sukses," ujar dia.
Cak Hasan melanjutkan, sebagai kampus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) sudah seyogyanya mengubah sivitas akademika menjadi mindset jiwa pendidik wirausaha.
"Jadi tidak lagi membebani lembaga, kami berupaya sumber daya alam (SDA) yang kamu miliki terkait sarana prasarana, sumber daya manusia juga terkait kompetensi yang dimiliki Unesa agar ke depan APBN dalam membangun jejaring pemangku kepentingan lain," ujarnya.
Sementara itu, Tutik Muliani mengaku sangat bersyukur atas beasiswa yang diberikan Rektor Unesa, Prof Nurhasan. Sebab, melanjutkan pendidikan tinggi hingga menjadi peneliti merupakan cita-citanya.
"Alhamdulillah senang banget bisa dapat beasiswa lanjut S2. Inginnya lanjut S3 karena ingin mewujudkan cita-cita jadi peneliti dan menularkan ilmu ke teman-teman yang berkebutuhan khusus," ujarnya.
Dengan ilmu yang dimiliki, Tutik berharap dapat mengembangkan teman-teman disabilitas dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki.
Selama mengenyam bangku kuliah, guru SLB Mambaul Ulum Probolinggo ini bukan tidak memiliki tantangan, namun ia dapat mengatasinya dengan modal motivasi yang dipegangnya.
Saat skripsi, lulusan SMAN 8 Surabaya ini harus berkali-kali ingin menyerah karena harus mengejar pembimbing hingga di kota yang berbeda. Tak hanya itu, ia menyesuaikan diri juga menjadi tantangan bagi disabilitas.
"Balik lagi karena dukungan dari orang tua selalu memberi motivasi bahwa dibalik kekurangan ada kelebihan yang bisa digunakan untuk orang lain. Kembali ke motivasi awal kuliah. Ada tujuan dulu di awal kemudian dukungan eksternal dan teman-teman relawan disabilitas," kata dia.