Surabaya (ANTARA) - Tujuh Mahasiswa Kelompok Komunitas Doktor Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya menciptakan Aplikasi Paktomi untuk mempermudah deteksi dini adanya Tuberkulosis (TB).
"Paktomi merupakan singkatan dari paket intervensi tuberkulosis mandiri," kata Koordinator Kelompok Komunitas Doktor Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Tri Nurhudi Sasono, dalam keterangannya, Jumat.
Aplikasi itu dibuat Tri Nurhudi bersama Khamida, Setyoadi, Dya Sustrami, Syaifurrahman Hidayat, Puji Hastuti, dan Endah Sri Wijayanti.
Tri Nurhudi mengatakan aplikasi perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) Paktomi ini diciptakan sebagai sarana edukasi, deteksi dini TB dan manajemen obat TB yang diprogramkan selama enam bulan.
Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat menemukan kasus TB sedini mungkin, dan mempermudah penanganan pengelolaan manajemen obat yang diprogramkan.
"TB masih menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Capaian penanggulangan TB dinilai masih belum optimal, baik dalam penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan TB," katanya.
"Aplikasi yang memiliki fitur layanan seperti skrining deteksi dini, edukasi tentang TB, serta manajemen pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) ini diharapkan dapat menemukan kasus TB sedini mungkin, aplikasi ini juga dapat meminimalisir putus obat dan memaksimalkan kepatuhan minum obat," ujarnya.
Aplikasi digital ini juga diciptakan sebagai implementasi mata kuliah Innovation in Carring, dengan terjun langsung ke lapangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi evaluasi program Perkesmas Puskesmas Turen, Kabupaten Malang, dengan menjaring permasalahan dan kebutuhan para perawat desa serta pemegang program TB.
Selain itu, dirumuskan pengembangan aplikasi intervensi melalui kegiatan forum group discussion (FGD) bersama pakar IT dan tim digital, yang dilaksanakan pada 19 Mei 2022.
Selanjutnya, dilaksanakan sosialisasi pelatihan selama dua hari di Puskesmas Turen, Kabupaten Malang, pada 1 September 2022, dengan materi tata cara dan simulasi penggunaan aplikasi yang diikuti 40 orang dari perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Puskesmas Turen, Perawat Pemegang Program TB, perawat desa, kader peduli TB, serta pasien TB.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Chairiyah, menegaskan pentingnya penemuan kasus sedini mungkin pasien terduga TB dan program pengobatan serta pendampingan perawatan pasien TB yang telah didiagnosis.
"Temuan kasus TB wilayah Puskesmas Turen terbaik dibandingkan wilayah lain. Namun, perlu ditingkatkan kembali karena capaiannya masih kurang dari 50 persen hingga pertengahan tahun ini," ujarnya.
Kepala Puskesmas Turen, dr Wahyu Widiyanti, mengatakan adanya Aplikasi Paktomi ini diharapkan dapat menemukan kasus TB sebanyak mungkin dan segera dikelola, baik manajemen pengobatan serta pendampingan perawatan melalui edukasi pendidikan kesehatan.
"Perlu kerja sama lintas sektor dan lintas program seluruh tenaga kesehatan, baik itu perawat pemegang program, perawat desa, dokter layanan TB, promosi kesehatan, kader, pasien maupun warga lingkungan sekitar yang peduli terhadap pencegahan penanganan TB," katanya.
Sementara itu, Pembimbing mata kuliah Innovation in Carring, Prof Nursalam M Nurs (Hons), mengatakan evaluasi program yang ada di layanan kesehatan, khususnya di Puskesmas secara berkelanjutan sangat dibutuhkan.
Mahasiswa dituntut untuk untuk melakukan evaluasi yang sudah ada, serta merubah sistem maupun program yang dilaksanakan sebelumnya. Tujuannya, inovasi layanan kesehatan yang tercipta bermanfaat bagi masyarakat.
“Aplikasi Paktomi diharapkan dapat dijalankan dengan optimal sehingga, berdampak terhadap penemuan kasus TB, diprogramkan pengobatan, serta mendapatkan perawatan secara mandiri. Tenaga kesehatan, khususnya para Perawat Desa lebih mudah dan mengurangi beban kerja, serta optimal dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat khususnya pasien TB," katanya.