Surabaya (ANTARA) - Pakar Politik Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo pasangan petahana Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak tampil istimewa dan memukau pada debat publik Pilkada Jawa Timur.
"Paslon nomor dua menurut saya istimewa. Ada kelengkapan visinya, kelengkapan pengalaman, jadi utuh. Orang bisa mengikuti penyampaiannya dengan enak, dan apa yang disampaikan realistis," kata Suko di Surabaya, Senin.
Suko menyebut pengalaman Khofifah-Emil berbicara saat debat kedua Pilkada Jatim 2024. Keduanya mampu menyampaikan gagasan yang sesuai fakta dan data di lapangan.
"Pengalaman-pengalaman memimpin Jatim itu keduanya tahu dengan utuh dan lengkap daripada paslon ini. Apa yang dipikirkan paslon lain atau orang lain mereka sudah melakukannya," katanya.
"Saya kira penampilan paslon dua perfect ya, keduanta punya kelengkapan data, pengalaman, visinya terstruktur dengan akuntabilitas yang bagus," tambahnya.
Sementara Suko juga menyoroti penampilan pasangan calon lain yang cenderung kurang memakai data di lapangan. Paslon lain hanya berfokus pada tagline kampanye.
"Saya lihat gagasan paslon nomor tiga Risma-Gus Hans hanya terfokus pada visinya, selalu bicara resik-resik, tapi kemudian tidak dilengkapi dengan fakta dan data yang memadai. Tapi Risma-Gus Hans bagus dalam menyampaikan gagasan dengan gaya komunikasi yang cukup teduh," ungkapnya.
"Kalau Luluk-Lukamnul ini gaya komunikasinya intonasinya bagus. Tapi tidak diikuti informasi yang utuh, justru melihat dari sisi luar bukan melihat dari dalam dan pengalamannya sepenggal-sepenggal terkait Jatim," katanya.
Menurutnya, Luluk-Lukman ini dalam debat membawa data yang bias.
"Saya nemui orang di sana, itu tidak bisa jadi data, itu hanya informasi bukan data, bias akhirnya. Kalau Risma relatif sama tapi lebih lengkap daripada Luluk," tambahnya.
Suko menambahkan usai debat kedua Pilkada Jatim, relatif ia memprediksi tidak ada perubahan elektoral yang signifikan.
"Di sini orang makin yakin karena gambaran paslon nomor dua utuh. Saya kira nomor dua posisinya susah terkejar sama yang lain," ujarnya.
Debat kedua ini, kata Suko, jauh lebih bisa mencatatkan informasi tentang cara berpikir para kandidat.