Surabaya (ANTARA) - Universitas W.R. Supratman (Unipra) Surabaya berupaya memperbaiki manajemen dan pelayanan administratif kampus selama empat bulan pembinaan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII, mulai 2 Agustus hingga 2 Desember 2022.
"Ini kami lakukan setelah beberapa temuan tim EKA LLDIKTI saat melakukan pemeriksaan PTS pada Agustus 2022. Saat ada perbedaan jumlah data mahasiswa aktif Unipra di pangkalan Data Dikti dengan Sistem Akademik (Siakad) Unipra," ujar Rektor Unipra, D. Bahrul Amiq di Surabaya, Senin.
Pihaknya merombak keseluruhan manajemen dan administratif kampus sehingga bisa menyajikan data yang sesuai antara Siakad dan pangkalan data LLDikti.
Pimpinan kampus yang berada di Jalan Arif Rahman Hakim ini mengungkapkan ditemukan masalah juga pada data mahasiswa pasca sarjana sehingga pihaknya memutuskan untuk menutup pasca sarjana.
Sementara itu, 315 mahasiswa yang masih menempuh studi pasca sarjana di Unipra akan di transfer ke perguruan tinggi yang serumpun untuk tetap bisa menyelesaikan studinya.
"Sekarang saya fokus perbaiki manajemen dan administrasi dulu baru nanti kalau memang siap kami ajukan izin lagi pembukaan pasca sarjana. Saya ingin Unipra ini taat asas tapi tetap dengan biaya yang bisa dijangkau ekonomi sedang," ujarnya.
Perbaikan pertama yang dilakukan Amiq dalam manajemen di kampusnya yaitu membuat SOP antiplagiat karena ada temuan plagiat thesis.
"Apalagi memang Unipra belum punya plagiasi checker, dan sekarang sudah kami siapkan aplikasinya di LPPM termasuk adminnya," katanya.
Perbaikan kedua dilakukan dengan menambah jumlah dosen aktif untuk meningkatkan efektivitas jam mengajar dan kegiatan tri dharma perguruan tinggi.
Kemudian juga dilakukan manajemen dalam laporan keuangan yang terstruktur berdasarkan anggaran yang disediakan. Hal ini juga akan meningkatkan kinerja kemahasiswaan yang selama ini terbatas pada anggaran.
"Kami juga menetapkan SK mekanisme pemindahan atau transfer mahasiswa sesuai SOP tidak boleh ada konversi sks ataupun nilai lebih tinggi dari perguruan tinggi asal. Termasuk SOP pemasukan data mahasiswa di pangkalan data," ucapnya.
Yang terpenting, yaitu perbaikan administrasi untuk memverifikasi jumlah mahasiswa yang terdaftar di Siakad kampus dengan pangkalan dikti. Yang memang bukan mahasiswa Unipra sesuai Siakad Unipra dilaporkan untuk datanya dihapus dari pangkalan data.
"Kini kami memusatkan pendaftaran di satu pintu. Bukan di banyak pintu untuk menutup peluang curangnya pemasukan data. Termasuk legalisir ijazah, sekarang sesuai dengan data yudisium yang dibuat dekan tiap fakultas," ujarnya.
"Saya sangat kooperatif dengan dikti untuk membenahi sistem. Karena tanpa pembinaan ini nasib Unipra bisa tidak selamat," tambahnya.