Surabaya (ANTARA) - Tiga hari berturut-turut atau sejak meletusnya Tragedi Kanjuruhan, setiap malam di Kota Surabaya dipenuhi lilin-lilin menyala.
Insiden di Stadion Kanjuruhan terjadi pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022, seusai pertandingan Arema FC melawan Persebaya. Besoknya, Minggu, puluhan suporter berkumpul, menyalakan lilin dan berdoa di Taman Apsari di Jalan Gubernur Suryo Surabaya.
Senin (3/10) malam, giliran ribuan orang, yang mayoritas suporter Persebaya, berkumpul, berdoa dan menyalakan lilin di trotoar kawasan Tugu Pahlawan di sisi Jalan Pahlawan. Selasa (4/10) malam, kembali ribuan orang berbagai elemen berkumpul. Mereka berdoa dan menyalakan lilin di halaman Balai Kota Surabaya, di Jalan Sedap Malam.
Setelah itu, Rabu (5/10) malam, doa dilakukan perwakilan suporter Persebaya, Bonek Mania, langsung di halaman Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang.
Lalu, pada hari berikutnya, sejumlah Bonek Mania datang langsung ke Stadion Kanjuruhan untuk silaturahim sekaligus berdoa langsung di lokasi. Puncaknya, saat tahlil hari ketujuh, ratusan suporter Persebaya lengkap dengan atribut hijau-hijau berbaur dan bersatu.
Di bawah patung kepala singa di halaman stadion, perwakilan Bonek Mania diterima dengan baik oleh pentolan-pentolan Aremania, julukan suporter Arema FC.
Mereka berangkulan dan bergandengan. Pemandangan yang tidak pernah terlihat sejak puluhan tahun lalu. Bonek Mania dan Aremania adalah dua kelompok suporter terbesar yang memiliki rivalitas tinggi. Sangat tinggi malahan.
Rasanya menjadi hal yang mustahil, seragam hijau (Bonek) bersatu dengan seragam biru (Aremania). Tapi kini, di bawah balutan merah putih, hijau dan biru disatukan.
Di hadapan ribuan Aremania yang sedang menggelar tahlil, perwakilan Bonek Mania diberi waktu memberi sambutan. Kalimat demi kalimat disampaikan. Dan diakhiri "Salam Satu Jiwa, Salam Satu Nyali, Wani".
Benar-benar pemandangan yang membuat bulu kuduk berdiri. Merinding bukan karena takut ada sesuatu tak kasat mata, tapi merinding karena kebersatuan mereka. Bonek Mania dan Aremania.
Warga Malang lainnya, terutama yang datang saat doa bersama pada Rabu malam, terlihat semringah dengan pemandangan tersebut. Tak sekadar saling sapa dan bersalaman, mereka bergantian meminta foto dengan perwakilan Bonek Mania.
Kembali, pemandangan yang semula tak terbayangkan itu terjadi. Fakta dan nyata. Aremania berfoto bersama Bonek Mania. Saling mengangkat syal dan bertukar salam kebesaran.
Sejatinya, suporter-suporter sepak bola di Tanah Air memiliki tujuan sama, yaitu memberi semangat kepada tim kesayangan untuk terus berjuang di lapangan dan menang. Di belakang pagar tribun, mereka tak berhenti bernyanyi, berjingkrak dan berteriak.
Bagi tuan rumah, hasil imbang berarti kalah sebab dukungan dan kehadiran "pemain ke-12" atau suporter harus bisa mengangkat performa dan berupaya untuk menang.
Hasil akhir tak sesuai harapan? Wajar saja sebab setiap pertandingan pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Kalau bukan saat putaran final, ada hasil imbang, yaitu tak ada tim kalah dan tidak ada tim menang.
Para suporter sepakat rivalitas hanya 90 menit atau 2x45 menit sesuai waktu pertandingan. Setelah wasit meniup peluit panjang, mereka kembali bersaudara. Begitulah idealnya.
Tragedi Kanjuruhan memang menakutkan. Insiden di Malang sangat memprihatinkan. Ratusan nyawa melayang dan ratusan orang lainnya kini sedang berjuang melawan sakit. Mereka terbaring lemas tak berdaya dan berharap doa untuk kesembuhan.
Di balik peristiwa pasti ada hikmah. Mungkin, ini salah satu hikmahnya. Bonek Mania dan Aremania yang sepertinya sulit disatukan, kini mengarah ke persaudaraan.
Bonek Mania dan Aremania bersatu. Duduk satu tribun. Beradu karya dan kreasi bernyanyi di dalam stadion.
Beberapa pekan sebelum peristiwa 1 Oktober 2022, kelompok suporter Persib Bandung (Bobotoh), juga mencatatkan sejarah, yaitu duduk di tribun Stadion Kanjuruhan Malang.
Saat itu, 11 September 2022, Arema FC melawan tamunya Persib Bandung. Hasil akhirnya, tuan rumah kalah dengan skor 1-2.
Bobotoh dan Aremania sebelumnya juga rival. Tak saling berkunjung di stadion. Tapi, kini sudah tidak lagi. Kelompok suporter lainnya, The Jack, juga dikenal memiliki rivalitas tinggi dengan Bobotoh.
The Jack adalah pendukung Persija Jakarta. Dulu, bersaudara dengan Aremania, tapi tak sefrekuensi dengan Bobotoh dan Bonek Mania. Lalu sebaliknya, Bobotoh adalah sahabat sejati Bonek Mania. Intinya, The Jack dan Aremania bersaudara.
Begitu juga Bobotoh dan Bonek Mania. Kini, sejak peristiwa di Kanjuruhan, seluruh suporter se-Indonesia disatukan. Setiap malam di berbagai daerah kelompok suporter berdoa bersama.
Ke depan, sisa-sisa permusuhan itu harus lenyap dan aura-aura kebencian menghilang. Setiap pertandingan, dua kelompok suporter saling bertemu dan berada di satu tribun stadion.
Salam satu jiwa, Salam satu nyali
Jumat, 7 Oktober 2022 22:52 WIB
Bonek Mania dan Aremania bersatu. Duduk satu tribun.