Sidoarjo (ANTARA) -
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menginginkan para santri menguasai ilmu jurnalistik menyusul perannya selama ini masih dipandang terbatas dalam mewarnai dunia informasi, terutama digitalisasi.
"Masyarakat juga masih memandang sebelah mata tentang pesantren. Hanya beberapa pondok pesantren saja yang mampu mengejar ketertinggalan di dunia digital," ujarnya di sela kegiatan "Ngaji Jurnalistik Santri" yang digelar PWI Sidoarjo di pendapa kabupaten setempat, Rabu.
Ia mengatakan, ada pondok prestasinya nomor satu di Asia, tapi tidak jadi berita nasional karena dari pondok pesantren tidak mempunyai kemampuan jurnalistik dan tidak bisa membrandingnya.
Gus Muhdlor, sapaan akrabnya, berharap para santri memiliki bekal ilmu jurnalistik dan dapat menginformasikan kegiatan positif di pesantren.
Selain itu, dengan memiliki bekal ilmu menulis, para santri bisa menebarkan informasi positif di media sosial.
"Pondok pesantren ini menarik dan unik. Tapi kalau kemudian orang-orang di dalam pesantren tidak kreatif, ya wassalam. Pondok pesantren sekarang membutuhkan keahlian ilmu jurnalistik. Era sekarang ini harus dikuasai ilmu menulis itu," ucapnya.
Sementara itu, Ketua PWI Sidoarjo Mustain mengatakan kegiatan tersebut merupakan salah satu program kerja tahun 2022 yang melibatkan 15 pondok pesantren.
Ia mengatakan, jumlah santri yang mengikuti sebanyak 75 santri dengan pemateri dari anggota PWI tersertifikasi uji kompetensi wartawan.
Para pemateri masing-masing Sugeng Purnomo dari Surabaya Pagi, Mujianto dari JTV, Indra Setiawan dari LKBN Antara dan Boy Slamet dari Harian Disway.
Dengan kegiatan ini, lanjut Mustain, para santri harapannya semakin melek media sehingga nantinya bisa memahami dan minat belajar jurnalistik yang pada akhirnya memiliki kemampuan menulis berlandaskan ilmu jurnalistik.
"Harapannya nanti bisa tumbuh bibit-bibit wartawan berlatar belakang santri," kata wartawan Harian Bangsa tersebut.