Banyuwangi (ANTARA) - Puluhan siswa-siswi SDN 5 Kebondalem, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengikuti simulasi mitigasi bencana kebakaran dan gempa bumi dalam kegiatan Tagana Masuk Sekolah yang merupakan program nasional yang kini masif dilakukan pemerintah daerah setempat.
"Ini adalah bagian dari upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Anak-anak diedukasi sejak dini tentang mitigasi kebencanaan. Sehingga mereka mampu menyelamatkan diri dan melakukan evakuasi sederhana bila terjadi bencana," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Sabtu.
Ia memgatakan bahwa edukasi mitigasi bencana ini menyasar kalangan pelajar pada jenjang SD dan SMP. Sejak 2021, Tagana Masuk Sekolah telah menjadi agenda rutin dalam program Bunga Desa yang dilaksanakan Bupati Ipuk setiap pekan di desa-desa.
Lewat program ini, kata Ipuk, Banyuwangi berupaya menyiapkan generasi yang tanggap dan siap siaga menghadapi bencana.
"Bencana bisa datang kapan saja. Dengan pengetahuan mitigasi bencana yang dimiliki, diharapkan masyarakat bisa lebih tanggap, sehingga bisa mengurangi risiko korban jiwa," tuturnya.
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Kabupaten Banyuwangi, Henik Setyorini mengemukakan materi dasar yang diberikan dalam mitigasi bencana ini terkait pengurangan risiko, paya pertolongan dan potensi kebencanaan di masing-masing wilayah.
"Materi di setiap daerah berbeda sesuai potensi kebencanaannya. Misalnya, di Kecamatan Bangorejo, materi mitigasinya terkait tanah longsor, gempa bumi, kebakaran, dan puting beliung. Materi ini akan berbeda saat kami di wilayah Muncar yang dekat dengan pantai," tuturnya.
Katanya, kegiatan ini melibatkan puluhan instruktur Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Dinsos PPKB, Pemadam Kebakaran (Damkar), Satpol PP, serta tim pengelola Ijen Geopark.
"Selain mitigasi bencana, pelajar juga mendapat edukasi tentang geopark Ijen. Bagaimana sejarah terbentuknya geologi, warisan budaya, dan keanekaragaman hayati di kawasan geopark ijen. Ini dalam rangka mendukung Geopark Ijen menjadi jaringan geopark dunia," ujarnya.
Selain menyasar sekolah, edukasi mitigasi bencana di Banyuwangi juga dilakukan di kampus-kampus. Materi yang diberikan terkait manajemen di pengungsian.
"Kami mengedukasi mahasiswa agar mampu berperan sebagai relawan saat terjadi bencana. Mereka diharapkan bisa membantu para pengungsi, memastikan mereka aman secara logistik, lingkungan, hingga psikisnya," kata Henik.