Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus mengintensifkan langkah antisipatif rutin melakukan vaksinasi terhadap ternak sapi di wilayah itu untuk menekan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).
Pada Desember 2024 tercatat ada 17 kasus PMK pada ternak sapi sudah ditemukan dan pada awal tahun ini (2025) kembali ditemukan 5 kasus PMK.
"Kami terus melakukan upaya penanganan PMK, dan berbagai langkah antisipatif dilakukan sebagai upaya menekan penularan PMK," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa.
Selain intensif vaksinasi, petugas kesehatan setempat juga intensif melakukan penyemprotan desinfektan ke sejumlah pasar hewan dan peternakan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan menegaskan pihaknya terus melakukan berbagai upaya menekan penyebaran PMK, salah satunya menggencarkan vaksinasi pada ternak sapi dan juga domba, kambing serta babi.
"65 persen dari total populasi ternak di Banyuwangi sudah mendapatkan vaksinasi," katanya.
Arief menjelaskan seminggu sekali ada tim khusus yang melakukan penyemprotan desinfektan serta mengecek kondisi kesehatan ternak di pasar-pasar hewan, hingga sosialisasi komunikasi informasi dan edukasi.
Ia mengimbau para peternak untuk melakukan penguatan biosecurity di kandang ternak dengan cara membatasi lalu lintas orang di dalam kandang, kecuali petugas kesehatan hewan.
"Kami juga melarang peternak memasukkan ternak baru dari daerah lain, apalagi yang belum jelas kondisi kesehatannya," katanya.
Masyarakat juga diimbau agar tidak terlalu khawatir namun tetap mewaspadai penyebaran virus PMK, dan jika terdapat gejala PMK, segera pisahkan dari kandang dan laporkan kepada petugas untuk mendapatkan penanganan.
"PMK tidak termasuk penyakit zoonosis sehingga tidak menular pada manusia, dengan demikian sebenarnya daging ternak yang terjangkit PMK tetap aman untuk dikonsumsi manusia," katanya.