Surabaya (ANTARA) - Anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur, Dr. Suko Widodo meminta pemerintah untuk memperbarui kemampuan guru dalam berteknologi agar kualitas pendidikan semakin baik saat pandemi COVID-19 berakhir nantinya.
"Pada saat masa pandemi, proses belajar mengajar diganti menjadi daring. Ini membuat pengajar dalam hal guru mengalami kesulitan," ujar Suko di Surabaya, Minggu.
Dosen Universitas Airlangga Surabaya itu mengatakan peserta pendidikan adalah generasi Alpha dan Z yang usianya muda-muda dan sudah mengadopsi teknologi dengan bagus.
Sementara tenaga pendidiknya rata-rata usia tua juga kesulitan mengikuti, karena itu harus dilakukan adaptasi dari sisi sumber daya manusia (SDM).
"Untuk mengatasi ini terutama saat pandemi berubah menjadi endemi, pemerintah harus memperbarui kemampuan guru dalam berteknologi," katanya.
Yang kedua, iklim pendidikan harus berbasis teknologi yang dikembangkan 4.0 karena kalau tidak akan terjadi kekacauan dalam pola pembelajaran.
"Yang ketiga, kita sekarang borderless, tidak lagi bisa dibatasi oleh wilayah administrasi seperti kabupaten, provinsi atau negara, tapi sudah dunia, jadi jangan sampai ada lag teknologi. Saya kira digitalisasi dan rekayasa sosialnya harus jalan bersama-sama," ujar Suko.
Sementara itu, Chief Business Unit Zenius Education, Eko Bramantyo menyebut, saat ini Indonesia masuk fase baru, terutama setelah merebaknya pandemi COVID-19.
"Dahulu internet tidak penting-penting amat, sebab itu hanya untuk kepentingan perusahaan. Namun pada saat terkena pandemi, di situ baru siap tidak siap harus siap," ujarnya.
"Dari situ orang mengerti bagaimana sekolah daring. Sekolah daring bukan barang baru karena negara lain sudah melakukannya. Tapi riil dipaksa saat pandemi," katanya, menambahkan.
Setelah pandemi berjalan dua tahun, kata Eko, siswa akhirnya tahu kelebihan dan kekurangan dari sekolah daring. Orang tua adalah orang yang paling telat terhadap perubahan sehingga mereka kesulitan luar biasa.
Lebih lanjut, siswa saat ini ketika ditanyai daring itu bagaimana lebih mengerti daripada orang tua. Anak bisa menilai kelebihan dan kekurangan.
"Kekurangan daring tidak bisa membandingkan secara riil waktu membicarakan materi. Tantangan anak-anak interaksinya sudah tahu," tuturnya.
Menurut Eko, saat ini adalah momentum paling pas untuk pemerintah memperbarui kemampuan guru dalam berteknologi karena kasus COVID-19 melandai.
"Saat tahun ajaran baru siswa menginginkan adanya hybrid learning. Mereka tidak akan mau hanya daring atau luring saja. Tapi tetap dikombinasikan. Ini momentum pemerintah untuk memperbarui semuanya," ujarnya. (*)