Surabaya (ANTARA) - Kasus COVID-19 varian Omicron di Kota Surabaya, Jawa Timur, menurun cukup signifikan dalam dua pekan terakhir pada Maret 2022.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Kamis, mengatakan berdasarkan data asesmen situasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, penurunan kasus Omicron di Kota Surabaya dari angka 228,92 per 100 ribu penduduk, menjadi 84,22 per 100 ribu penduduk.
"Angka rawat inap di rumah sakit (RS) saat ini dari 16,77 per 100 ribu penduduk menjadi 9,12 per 100 ribu penduduk. Sedangkan tingkat positif dari 13,56 persen menjadi 8,41 persen," kata Nanik.
Dia juga menjelaskan, total pasien yang dirawat di RS rujukan COVID-19 Kota Surabaya per tanggal 14 Maret, ada 531 pasien meliputi 69,30 persen memiliki KTP Surabaya dan 30,70 persen KTP non Surabaya. Sedangkan persentase BOR per tanggal 14 Maret 2022, sebesar 16,22 persen dari total TT di RS rujukan COVID-19.
Menurut dia, penurunan kasus Omicron pada Maret 2022 ini, tidak luput dari kerja keras Pemerintah Kota Surabaya dalam pengetatan protokol kesehatan (prokes), di antaranya meningkatkan 3T (tracing, testing dan treatment).
"Tracing kami cepat, dilakukan kurang dari 48 jam," ujarnya.
Selain itu, kata dia, meningkatkan testing COVID-19 dengan kegiatan surveilans aktif, operasi yustisi penerapan prokes, swab hunter dan vaksin hunter, evakuasi cepat pasien terkonfirmasi, vaksinasi penguat serta penghentian sementara kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) selama 5 hari dan 14 hari jika tingkat positif kurang dari 5 persen.
Setelah kasus COVID-19 menurun, lanjut Nanik, langkah yang akan dilakukan oleh Dinkes Surabaya tetap konsisten dengan upaya yang dilakukan selama ini untuk menurunkan risiko penularan kasus, khususnya di ruang lingkup keluarga, tempat kerja, tempat belajar dan lingkungan masyarakat. (*)
Dua pekan terakhir, Kasus Omicron di Surabaya turun signifikan
Kamis, 17 Maret 2022 18:44 WIB
Angka rawat inap di rumah sakit (RS) saat ini dari 16,77 per 100 ribu penduduk menjadi 9,12 per 100 ribu penduduk. Sedangkan tingkat positif dari 13,56 persen menjadi 8,41 persen