Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia (BCA) Tbk meraup laba bersih sebesar Rp31,4 triliun sepanjang 2021, tumbuh 15,8 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp27,1 triliun.
"BCA dan entitas anak menutup tahun 2021 dengan pertumbuhan total kredit sebesar 8,2 persen secara tahunan (yoy) sejalan dengan pemulihan perekonomian nasional. Pertumbuhan kredit terjadi hampir di semua segmen, terutama ditopang oleh segmen korporasi dan KPR," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Inovasi digital dan pengembangan ekosistem bisnis mendorong frekuensi transaksi daring BCA mencetak rekor tertinggi. Capaian tersebut mendukung dana giro dan tabungan (CASA) naik 19,1 persen (yoy) pada Desember 2021. Pertumbuhan dana dan kredit disertai dengan peningkatan kualitas aset, sehingga biaya provisi tercatat menurun 19,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kami mengapresiasi upaya pemerintah dan otoritas dalam mengendalikan pandemi serta memberikan paket stimulus, sebagai upaya menuju pemulihan perekonomian nasional. BCA turut mendukung momentum pemulihan dengan menyalurkan kredit ke berbagai sektor," ujar Jahja.
Untuk mendorong kredit konsumer, perseroan berinisiatif dengan menggelar sejumlah event virtual seperti BCA Online Expoversary, KPR BCA ONLINEXPO, KKB BCA Virtual Mall, hingga “UMKM Fest” online. Pada 2021, BCA juga meluncurkan beberapa aplikasi baru yaitu myBCA, haloBCA, dan merchantBCA untuk melengkapi platform digital BCA. Salah satu anak perusahaan BCA, Bank Digital BCA, meluncurkan aplikasi “blu” yang didesain khusus untuk melayani segmen milenial.
Penyaluran kredit baru di segmen korporasi tumbuh dua kali lipat dibandingkan level pra-pandemi, sementara untuk segmen UKM dan KPR juga mampu melebihi capaian pada 2019. Sejalan dengan pencapaian itu, kredit korporasi naik 12,3 persen (yoy) mencapai Rp286,5 triliun pada Desember 2021, menjadi penopang utama pertumbuhan total kredit BCA.
KPR, yang menjadi kontributor tertinggi kedua, tumbuh 8,2 persen (yoy) menjadi Rp97,5 triliun. Kredit komersial dan UKM juga naik 4,8 persen (yoy) menjadi Rp195,8 triliun. Sementara itu, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) terkoreksi 2,4 persen (yoy) menjadi Rp36 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 5,2 persen (yoy) menjadi Rp11,8 triliun.
Total portofolio kredit konsumer naik 5,1 persen (yoy) menjadi Rp148,4 triliun. Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 8,2 persen (yoy) menjadi Rp637 triliun pada Desember 2021, lebih tinggi dari target pertumbuhan 6 persen.
Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 14,6 persen pada 2021, dibandingkan dengan 18,8 persen pada tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan) terjaga sebesar 2,2 persen didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.
Di sisi pendanaan, CASA tumbuh 19,1 persen (yoy) mencapai Rp767 triliun, berkontribusi hingga 78,6 persen dari total dana pihak ketiga. Deposito juga tumbuh 6,1 persen (yoy) menjadi Rp208,9 triliun. Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga naik 16,1 persen (yoy) menjadi Rp975,9 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 14,2 persen (yoy) mencapai Rp1.228,3 triliun. Solidnya pendanaan CASA ditopang oleh kepercayaan nasabah, serta kemudahan dan keandalan bertransaksi.
Dalam mengembangkan platform perbankan transaksi, BCA memperkuat ekspansi ekosistem digital melalui kolaborasi dengan mitra strategis serta melakukan berbagai inovasi layanan digital. Pada 2021, total volume transaksi naik 42 persen (yoy), terutama didukung oleh transaksi pada mobile banking yang tumbuh sebesar 60 persen (yoy). Hal itu selaras dengan kenaikan jumlah rekening nasabah BCA sebesar 16 persen (yoy) mencapai 29 juta pada akhir 2021, yang sebagian besar berasal dari layanan pembukaan rekening secara daring.
"BCA semakin memperkuat komitmennya untuk mengedepankan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG) mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pada 2021, penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan mencapai Rp154,4 triliun atau naik 20,9 persen (yoy), jauh di atas target pertumbuhan 5,5 persen," kata Jahja.
Nilai tersebut berkontribusi 24,8 persen bagi total portofolio kredit, di antaranya mencakup pembiayaan kepada sektor UKM, pengelolaan sumber daya alam hayati dan lahan yang berkelanjutan, transportasi ramah lingkungan, energi terbarukan, produk eco-efficient, pengelolaan air dan air limbah, hingga efisiensi energi.