Sidoarjo (ANTARA) - Bedah buku berjudul foto "Ibu" Khofifah Indar Parawansa mewarnai peringatan Hari Ibu yang diperingati tanggal 22 Desember, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, Rabu malam.
Trisnadi Marjan fotografer buku "Ibu", di Kedai Djengsrie, Sidoarjo, mengatakan, Khofifah merupakan sosok dari Surabaya, Jawa Timur yang telah mendunia, yang bisa dijadikan figur panutan.
Menurut Trisnadi, buku ini merupakan kumpulan karya fotografi jurnalistiknya selama bekerja profesional sebagai fotografer mendampingi sosok Khofifah Indar Parawansa.
"Semenjak Khofifah menjabat sebagai Menteri Sosial RI di tahun 2014 era Presiden Joko Widodo," ujarnya.
Ia mengatakan, buku setebal 207 lembar berhasil dibukukan setelah melalui proses panjang. Ada sekitar 500 ribu foto yang dibidik melalui kameranya, dan sayang bila hanya disimpan dalam laptop atau hard disk.
Secara khusus dirinya ingin agar karya fotonya bisa lebih bermanfaat bagi khalayak, khususnya generasi muda. Bahwa ada sosok dari Surabaya, Jawa Timur yang telah mendunia, yang bisa dijadikan figur panutan yaitu Khofifah Indar Parawansa.
"Dari niatan itu, saya kemudian berdiskusi dengan beberapa teman, untuk membulatkan tekad membukukan karya foto saya. Dengan harapan akan banyak yang belajar bagaimana seorang tokoh perempuan seperti Khofifah meniti karirnya hingga kini memimpin Jawa Timur," kata Trisnadi.
Dia menceritakan proses kreatif dalam pembuatan buku IBU tersebut. Diawali dengan pengalaman meliput dan memotret setiap langkah Khofifah, baik saat menjadi Menteri Sosial, saat kampanye Pilgub 2018 hingga selama menjabat sebagai Gubernur Jatim.
Khofifah merupakan sosok yang kuat, pekerja keras dan ikhlas dan itu merupakan karakter yang kuat yang ada pada diri Khofifah.
"Yang saya ingat betul adalah saat memotret giat Ibu Khofifah bernegosiasi dengan aktivis GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Beliau tak ada takut-takutnya. Perempuan, sendirian pula. Di sana, ia bernegosiasi dengan mereka dan memastikan bahwa Aceh aman," katanya.
Begitu juga saat memotret langkah Khofifah di Puncak Jaya. Di wilayah genting kerusuhan tersebut, Khofifah nekat berangkat ke sana demi meninjau ketersediaan pangan dan juga menyebarkan semangat nasionalisme.
Berbagai ancaman medan alam yang terbilang terjal untuk dilalui pesawat capung, hingga ancaman tembakan para penembak jitu tidak dihiraukan.
"Ibu Khofifah selalu berpesan kepada saya yang penting ikhlas. Kalau kita ikhlas, Allah yang akan menjaga kita," tegasnya.
Sementara itu, Fatimatuz Zahroh sebagai penulis buku "ibu" Khofifah Indar Parawansa, mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengapresiasi seorang sosok Khofifah Indar Parawansa.
"Salah satunya dengan karya buku ini," ujarnya.
Menurutnya, sosok Khofifah layak dijadikan panutan dan inspirasi bagi generasi muda yang ingin mewakafkan jalan hidupnya untuk pergerakan dan bangsanya.
"Jadi buku ini menurut saya perpaduan yang harmoni, antara karya visual fotografi yang dipadukan dengan narasi jurnalistik. Di mana pesan buku ini bukan hanya sepak terjang dan kiprah seorang Khofifah, tapi juga bagaimana memiliki karakter seorang pemimpin. Semoga ini memberikan manfaat bagi anak-anak muda dan juga semua pembaca," kata Ima sapaan akrabnya. (*)
Bedah buku "Ibu" warnai peringatan hari ibu di Sidoarjo
Kamis, 23 Desember 2021 0:03 WIB