Sidoarjo (ANTARA) - Dampak pandemi COVID-19 mengakibatkan tidak sedikit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang jasa, kerajinan maupun perdagangan gulung tikar.
Beruntung bagi pelaku UMKM di Kabupaten Sidoarjo karena pemerintah daerah peduli dengan keberlangsungan nasib usaha kecil.
Kebijakan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor memberikan subsidi kredit bunga ringan untuk menyokong usaha ekonomi kerakyatan terbukti sangat membantu nafas UMKM yang sebelumnya kembang kempis.
Program Kredit Usaha Rakyat Daerah (Kurda) Sayang berupa bantuan atau subsidi bunga kredit ringan 3 persen setahun itu dinilai pelaku UMKM jadi penyelamat usahanya.
Seperti Makhbub Junaidi, perajin sekaligus penjual berbagai kerajinan kulit yang diolah menjadi beragam tas, dompet dan aksesoris, itu mengaku dengan adanya bantuan modal usaha yang diterima sebesar 150 juta rupiah dari Kurda Sayang membuat usahanya berjalan kembali.
"Sekitar tiga bulan ini omzet penjualan sangat bagus, itu karena ada tambahan modal pinjaman dari BPR Delta Artha. Saya mengajukan pinjaman usaha Kurda Sayang, bagi saya bunga 3 persen per tahun itu sangat ringan. Apalagi sebelumnya usaha saya kena dampak pandemi, penjualan turun drastis dan modal hampir habis," kata Makhbub di Sidoarjo, Sabtu.
Ia mengatakan dengan tambahan modal itu, omzet usahanya naik 80 hingga 90 persen dari sebelumnya sekitar Rp100 juta - Rp150 juta, sekarang hampir Rp300 juta per bulan.
"Semoga pemerintah tidak lagi memberlakukan PPKM karena itu juga dampaknya luar biasa bagi teman-teman UMKM. Kita selama PPKM tidak bisa menggelar pameran," tambahnya.
Usaha ekonomi kreatif "Morfby" kerajinan ukir kulit tas dan dompet milik Makhbub yang berlokasi di Desa Wates Kedensari, Kecamatan Tanggulangin, itu sempat mengalami terjun bebas akibat dampak pandemi. Omzetnya menurun drastis, bahkan untuk belanja kulit saja terasa berat.
Modal usaha yang dimiliki Makhbub untuk diputar menyusut karena penjualan menurun drastis. Pada masa sulit itu, iamengaku kebingungan mencari tambahan modal usaha karena rata-rata semua bank menawarkan pinjaman dengan bunga cukup tinggi minimal 6 persen per tahun.
Angka itu bagi Makhbub dirasa berat karena usahanya belum berjalan stabil.
"Dampak pandemi kemarin sangat memukul usaha saya, mau pinjam bank juga bunganya tinggi. Masih khawatir karena kondisinya belum sepenuhnya normal. Setelah mendengar kalau Pemkab Sidoarjo ada program kredit dengan bunga ringan, akhirnya saya mengajukan pinjaman untuk tambahan modal sebesar Rp150 juta. Meski pinjamnya di BPR milik pemkab, yang penting itu bunganya ringan," tutur Makhbub yang mantan Ketua Koperasi Intako Tanggulangin itu.
Kini Makhbub dan sesama pelaku UMKM di Sidoarjo optimistis dengan adanya dukungan dari Pemkab Sidoarjo sehingga geliat ekonomi kreatif bisa bangkit lagi.
Di tempat terpisah, Kepala Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Delta Artha Sofia Nurkrisnajati Atmaja menjelaskan proses pengajuan pinjaman atau pengajuan kredit program Kurda Sayang sangat mudah dan nilainya bervariasi.
Bagi UKM/UMKM yang belum memiliki SIUP untuk syarat pengajuan kredit, sebagai gantinya cukup mengurus surat keterangan usaha dari kantor desa masing-masing.
"Kuota Kurda Sayang masih ada, subsidi dari Pemkab Sidoarjo masih ada sekitar Rp1,9 miliar. Bagi pelaku UKM yang ingin mengajukan kredit bisa langsung datang ke BPR Delta Artha, konsultasi melalui nomor telepon juga bisa," ujarnya.
Menurut Sofi, panggilan akrabnya, Kurda Sayang yang menjadi salah satu program Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor sangat dirasakan manfaatnya oleh pelaku UMKM.
Sekitar 8.500 pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan program Kurda Sayang. Dari jumlah itu tidak ada yang mengalami kendala kredit macet.
"Kredit macet tidak ada, semua lancar. Rata-rata yang meminjam itu usahanya jalan semua dan banyak yang omzetnya meningkat karena ada tambahan modal dari Kurda," pungkas Sofi.