"Rumput di lereng Gunung Semeru sudah tertutup abu vulkanik, sehingga Pramuka hadir untuk support pakan ternak, yaitu silase komplivit dan nantinya akan kami kirim secara kontinyu kepada para peternak yang terdampak," kata Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Timur Arum Sabil di Lumajang, Selasa.
Menurutnya, Kwarda Gerakan Pramuka Jatim fokus pada hewan ternak yang terkadang lepas dari perhatian karena kebutuhan pangan ternak yang terdampak awan panas guguran Semeru juga harus dipikirkan.
Ia mengatakan untuk penyebaran bantuan pakan ternak pihaknya membawa satu truk pakan ternak dengan kemasan satu karungnya 50 kg, yang akan disalurkan oleh pasukan Brigade Penolong 13 Kwarda Jatim.
Tidak hanya pakan ternak saja, lanjut dia, Kwarda Jatim membawa beberapa tenaga medis hewan untuk memeriksa kondisi kesehatan hewan yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.
"Hari ini obat-obatan untuk hewan sudah kami siapkan dan tim dokter dari Kwarda Jatim juga sudah diluncurkan, tentunya kami juga bersinergi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jatim," ujarnya.
Sementara Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang drh. Rofiah mengatakan bahwa di lokasi bencana alam banyak hewan ternak yang mengalami luka-luka dan cedera.
"Sebagian besar kena abu panas, jadi banyak yang luka-luka. Ada juga yang cedera patah tulang, dan lain sebagainya karena terburu-buru saat evakuasi. Yang paling banyak terkena gangguan saluran pernafasan," katanya.
Salah satu peternak sapi di Desa Sumberwuluh Agus Sodikin mengatakan banyak hewan warga yang tidak bisa diselamatkan dari awan panas guguran, sehingga tersapu lahar hingga hangus dan mati.
Sementara terkait kebutuhan pangan korban abu Semeru, Arum Sabil mengatakan, phaknya juga berkoordinasi dengan Kwartir Cabang Lumajang dan info yang didapatkan bahwa untuk kebutuhan pangan saat ini sudah berlebih.
Menurutnya Ketua Kwartir Cabang Lumajang yang juga Wakil Bupati Indah Amperawati menyampaikan pesan bahwa jika ingin membantu agar tidak memberikan sembako atau pakaian karena sudah melebihi kapasitas, sehingga yang dibutuhkan saat ini adalah dana.
"Kami langsung melakukan mapping, mitigasi bencana dan assesment guna mengetahui apa yang harus dilakukan di lapangan," ucap Arum yang juga Wakil Ketua Umum DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).