Banyuwangi (ANTARA) - Program Banyuwangi Mengajar yang menerjunkan sarjana untuk mengajar siswa-siswi di pelosok desa meraih Top 30 Kompetisi Pelayanan Publik yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Penghargaan ini diserahkan langsung Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Tjahjo Kumolo kepada Sekretaris Daerah Banyuwangi Mujiono di Surabaya, Jumat.
"Terima kasih kepada Pak Menteri Tjahjo Kumolo, Pemprov Jatim dan Gubernur Jatim Ibu Khofifah yang terus menyemangati Banyuwangi untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Matur nuwun atas kepercayaan dan bimbingannnya selalu," kata Sekda Mujiono.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan program Banyuwangi Mengajar merupakan inovasi di bidang pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM di desa-desa yang secara geografis sulit dijangkau. Setiap tahun, puluhan sarjana muda dikirim ke desa-desa dengan akses tersulit, dan wajib tinggal di sana selama satu tahun.
"Alhamdulillah, ini juga menjadi kemenangan bagi para sarjana yang telah mengabdi sebagai pendidik bagi siswa-siswa kami yang berada di wilayah yang aksesnya sulit dijangkau. Terima kasih kepada mereka yang telah bergabung bersama kami dalam program ini, terima kasih atas pengabdiannya," kata Bupati Ipuk.
Menurut dia, program Banyuwangi Mengajar digagas Pemkab Banyuwangi sejak 2015. Program ini mengajak para lulusan perguruan tinggi untuk mengabdikan ilmunya dengan mengajar anak usia sekolah di wilayah pelosok Banyuwangi. Para pengajar diberikan insentif bulanan secara khusus oleh Pemkab setempat.
"Ini adalah upaya transformasi SDM. Bagi kami, desa bukan hanya butuh dana, tapi juga butuh inspirasi yang bisa digerakkan oleh anak-anak muda ini. Mereka mengajar, berinteraksi, memberi kursus dan sebagainya. Kehadiran mereka kami harapkan bisa memberi nilai tambah bagi pendidikan anak-anak di wilayah pinggiran," paparnya.
Kata Ipuk, hingga saat ini pemkab telah merekrut total sekitar 240 relawan sarjana fresh greaduate untuk terjun dalam program Banyuwangi Mengajar. Mereka adalah para penerima program beasiswa Banyuwangi Cerdas yang telah menyelesakan kuliahnya.
"Ini salah satu solusi kami di tengah kurangnya tenaga pengajar di Banyuwangi. Kami mengajak anak muda yang notabene idealismenya masih tinggi untuk menularkan ilmunya kepada sesama, pasti ini merupakan pengalaman berharga bagi mereka," tuturnya.
Para relawan itu disebar di 24 sekolah, yakni 17 SD dan 7 SMP di kecamatan yang memiliki kawasan pegunungan, hutan, dan perkebunan dengan akses tersulit.
Ipuk menambahkan, sejak digagas pada 2015 lalu, inovasi Banyuwangi Mengajar telah banyak memberikan kontribusi positif bagi pendidikan anak-anak di wilayah akses tersulit tersebut.
"Misalnya, angka putus sekolah turun drastis dari 6,88 persen menjadi 0,02 persen, angka melanjutkan sekolah meningkat dari 57,82 persen menjadi 89,65 persen, angka kelulusan juga naik dari 92,5 persen menjadi 99,98 persen. Selain itu, angka pekerja anak juga terpantau turun dari 255 anak menjadi zero.
Program Banyuwangi Mengajar raih Top 30 Kompetisi Pelayanan Publik
Jumat, 19 November 2021 21:38 WIB