Jakarta (ANTARA) - Siapa yang menyangka ketika awalnya Mega, perempuan asal Desa Temon Arjosari Pacitan bakalan diikutkan kurasi produk UMKM ke pasar Turki.
Peluang yang tidak saja mengubah pendapatan usahanya melainkan sekelompok usaha tani itu nyatanya ia dapatkan setelah negara di kawasan Eurasia itu kepincut gula aren mini cube yang diproduksinya sejak beberapa tahun terakhir.
Awalnya Mega memproduksi secara mandiri dengan hanya dibantu beberapa orang terdekatnya.
Dan berkat inovasinya mengemas gula aren tak melulu dalam kemasan biasa melainkan dalam bentuk kubus mini yang unik, ternyata menarik minat pembeli. Maka yang terjadi kemudian di saat pendemi ketika banyak usaha gulung tikar namun gula aren produksi Mega malah kebanjiran pesanan.
Sebagian besar pesanan produksi gula aren Mega justru datang dari luar Pacitan karena usahanya juga aktif menggunakan marketplace atau toko online.
Saking mulai melonjaknya pesanan dan untuk memperluas usahanya, ia pun membentuk kelompok usaha tani.
Dan tanpa disangka-sangka pula, ternyata dukungan pemerintah Kabupaten Pacitan dirasakannya sangat membantu di dalam memberikan fasilitas kemudahan perizinan dan edukasi sampai ia berhasil membentuk usahanya sendiri dengan nama CV Temon Agro Lestari.
Usaha memang tak mengkhianati hasil ketika ketekunan Mega membuahkan sesuatu yang manis saat usahanya terpilih menjadi penerima manfaat kompetitif program YESS dari Kementerian Pertanian yang membuat bisnisnya terasa semakin prospektif.
Mega bersyukur mendapatkan hibah kompetitif program YESS di tahun ini dimana modal hibah itu kemudian ia belanjakan untuk keperluan pembelian alat produksi dan alat pendukung pemasaran guna pengembangan kapasitas dan jenis produksi gula arennya. Bahkan kini produknya sudah terlabeli halal sehingga bisa menembus pasar yang lebih spesifik.
Tak berhenti sampai di situ, belum lama ini Dinas Koperasi bersama OK OCE Ina Makmur membuka kurasi produk UKM se-Kabupaten Pacitan. Dari 16 peserta UMKM yang lolos hanya 6 UMKM, salah satunya produk gula aren mini cube milik Mega dan berhasil lolos untuk dikurasi masuk ke pasar Turki.
Melestarikan Pohon
Konsep keberlanjutan rupanya menjadi latar belakang usaha Mega semakin lestari. Inovasi bisnisnya menjadi menarik sebab Mega tidak melulu fokus pada penjualan produk menjadi gula aren tetapi Ia bersama kelompok taninya juga melestarikan pohon-pohon aren di sekitar wilayah tempat usahanya.
Mereka menyadari bahwa dari pohon-pohon aren inilah nafkah itu mengalir dan memberikan kehidupan berupa kelompok mata percaharian. Dari sana mereka kemudian mampu mencetak banyak produk berbasis gula aren. Maka wajib hukumnya mereka untuk memelihara dan melestarikan, sebagaimana Mega berujar.
Kesadaran semacam itu belum banyak dimiliki oleh para pelaku usaha yang lain. Padahal konsep bisnis yang go green pada hakikatnya adalah sebagaimana yang para petani gula aren di Pacitan itu lakukan.
Terlebih kini gula aren pasarnya semakin terbuka luas sehingga ke depan ia akan sangat memikat konsumen termasuk juga untuk alasan kesehatan.
Faktanya produk pangan imbuhan yang diproduksi dari pohon-pohon aren di Indonesia ternyata sudah sangat populer di Eropa sejak zaman penjajahan Belanda.
Dalam teorinya pmandangan alam suatu wilayah yang masih kedapatan banyak pohon aren menandakan terjaganya ekosistem lingkungan.
Bahkan Harriet Winfried Ponder penulis Inggris sebelum Perang Dunia II tahun 1942 dalam bukunya Javanese Panorama pernah kesengsem gula Nusantara karena memiliki cita rasa “par excellent” dan wanginya yang khas.
Jadi wajar ketika pesona gula aren sangat menjanjikan terlebih untuk pasar Eurasia dan Eropa lantaran ikatan kesejarahannya yang juga tinggi.
Dukungan Pemerintah
Menembus pasar ekspor sebagaimana gula aren Pacitan bukan sesuatu yang tak mungkin. Terlebih saat ini Pemerintah sedang gencar-gencarnya mendorong para pelaku usaha di tanah air untuk memperbesar ekspor produk olahan.
Presiden Joko Widodo sempat mengatakan, Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar baik dari sisi keragaman produk komoditas, dari sisi kreativitas dan kualitas, serta dari sisi volume dan tujuan negara ekspor. Karena itu, ia menekankan agar pelaku usaha terus proaktif menjaring pasar-pasar baru untuk memperluas ekspor.
Masing-masing kementerian/lembaga melalui kewenangannya berupaya untuk mendorong peluang ekspor tergarap optimal.
Kementerian Pertanian misalnya terus mengembangkan program pencetakan petani-petani muda atau milenial. Anak-anak muda inilah yang kelak diharapkan mampu menerapkan pertanian modern yang merupakan kunci peningkatan produktivitas.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga berharap dari tangan petani-petani milenial itu akan muncul inovasi-inovasi yang mendorong pertanian modern sehingga pada akhirnya swasembada pangan dapat diwujudkan bahkan ekspor produk pangan dapat menjadi salah satu peluang yang menyejahterakan.
Untuk itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, menyatakan kesiapan untuk mendukung terwujudnya para petani milineal termasuk sumber daya manusia pada sektor pertanian dengan orientasi bisnis mengarah pada ekspor.
Pihaknya akan menggerakkan ribuan petani milenial di banyak daerah melalui balai pelatihan pertanian serta politeknik pembangunan pertanian dengan harapan akan cepat muncul kader-kader petani muda inovatif, terampil, jago memasarkan, dan berwawasan digital.
Jika upaya-upaya tersebut dapat diterapkan maka bukan tidak mungkin bukan semata gula aren dari Pacitan melainkan beragam komoditas lain yang diolah secara kreatif dan inovatif berikut produk turunannya dari tanah air dapat menjadi primadona pasar ekspor. (*)