Surabaya (ANTARA) - Pengusaha muda Agung Dwi Kurnianto (31) membagikan kisah inspiratif bangkit dari keterpurukan untuk meneruskan usahanya. Bersama empat rekannya, Agung mendirikan "Revolt Industry", yakni sebuah usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang kerajinan kulit.
Setelah lulus kuliah, Agung dan rekan-rekannya memulai bisnis kerajinan kulit, seperti dompet dan tas dari garasi kecil. "Bermodal nekat, kami berlima autodidak belajar menjahit, me-manage tim, bisnis, dan keuangan. Semua dari internet,” jelas Agung seperti dikutip dari siaran pers Tokopedia di Surabaya, Rabu.
Sekitar pertengahan 2014, Revolt Industry resmi berdiri. "Revolt bisa diartikan perjuangan, perlawanan atau pemberontakan untuk bangkit, sedangkan kata Industry melambangkan sesuatu yang terus bergerak," kata Agung.
Ia menimpali, "bisnis kami adalah perjuangan tanpa henti untuk mengangkat produk lokal agar kita bisa bangkit bersama karena UMKM lokal adalah penggerak ekonomi nasional".
Revolt Industry pertama kali memasarkan produk lewat sebuah event di Surabaya dan penjualan mereka "meledak" usai mengikuti event tersebut. Namun, di akhir 2014, tempat usaha mereka ludes terbakar dalam 15 menit.
"Akhirnya kami mulai lagi dari nol, bahkan dapat dibilang minus. Langkah awal dengan sewa kontrakan. Sempat mengalami kebanjiran, perampokan dan masih banyak tantangan lain, tetapi selama masih ada harapan, kami tetap melanjutkan perjuangan," ucap Agung.
Kini Revolt Industry terus berkembang dan mampu mempekerjakan 40 orang karyawan. Akan tetapi, situasi pandemi COVID-19 menjadi pukulan tersendiri bagi usaha mereka hingga omzet penjualan anjlok sampai 80 persen.
"Kami memutar otak agar minimal biaya operasional bisa ter-cover dan pengurangan karyawan tidak perlu dilakukan. Pertahanan paling baik adalah dengan menyerang," tambah Agung.
Revolt Industry akhirnya menyerang dengan membuka gallery store pertama selama tujuh tahun dan terus berinovasi melalui desain produk, mental manusia-manusia di dalamnya hingga kampanye, Play Role Campaign, untuk mengajak masyarakat membantu pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi dengan memakai produk lokal, namun tidak mengambil untung.
"Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi, tidak melulu menyalahkan keadaan, tapi apa yang dapat kita lakukan untuk diri sendiri maupun sekitar. Sepuluh persen hasil penjualan kami donasikan ke yayasan dan turut serta dalam aksi di Surabaya dan sekitarnya untuk membantu masyarakat yang kelaparan," katanya.
Platform digital seperti Tokopedia menjadi harapan Revolt Industry untuk bertahan terutama selama pandemi.
Menurut Agung, Tokopedia sangat memudahkan dalam mengelola bisnis. "Hanya dari depan laptop, kita bisa mendekorasi toko, mengatur buka tutup toko, stok, hingga menganalisis pasar," pungkasnya. (*)
Bermodal nekat, pengusaha muda Surabaya ini bangkit dari musibah kebakaran
Rabu, 27 Oktober 2021 16:21 WIB