Jakarta (ANTARA) - Peran penting industri dalam mendorong dan meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di sebuah negeri tidak terbantahkan lagi.
Semua tahu industri memiliki peran besar bagi pengembangan kompetensi SDM vokasi. Semakin banyak proyek industri yang melibatkan SDM vokasi, maka akan semakin banyak SDM vokasi yang memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi mereka.
Presiden EURO-PRO (European Association of Higher Education Professionals) Urs Keller belum lama ini membagikan kisah sukses tentang bagaimana Swiss membangun kompetensi SDM-nya dengan keterlibatan industri besar di negara itu.
Urs Keller menuturkan kesuksesan sistem pendidikan vokasi yang dijalankan di Swiss tercipta berkat kerja sama yang baik antara institusi pendidikan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan asosiasi industri.
Angka pengangguran lulusan perguruan tinggi vokasi bahkan menjadi yang terendah dibandingkan lulusan sekolah lain di Swiss, termasuk universitas, yaitu 45 persen. Itu artinya lulusan vokasi di Swiss sangat mudah terserap oleh industri.
Insan vokasi di negara itu juga menjadi yang paling diminta dan paling memenuhi persyaratan dunia industri. Mereka bahkan mendapatkan gaji yang serupa dengan orang-orang akademik, tapi mereka justru paling banyak dilibatkan dalam proyek-proyek di industri.
Urs Keller juga mengatakan satu dari sekian cara untuk memperkuat kerja sama antara perguruan tinggi vokasi dengan industri adalah pengembangan sumber daya manusia. Perguruan tinggi vokasi harus mampu berorientasi pada industri. Artinya, mahasiswa vokasi tidak hanya belajar teori di kelas, tapi juga perlu belajar praktik di perusahaan.
Penyerapan oleh industri juga berarti menjadi saran pengembangan SDM vokasi karena mereka langsung terjun menyentuh peralatan dan teknologi yang digunakan di industri.
Beberapa proyek industri perusahaan-perusahaan di Swiss yang melibatkan siswa sekolah vokasi menunjukkan dampaknya. Contoh proyeknya adalah pembangkit listrik di Pegunungan Alpen dan Kuala Langat, Malaysia, oleh Alstom Switzerland AG.
Di sini siswa vokasi yang terlibat memiliki kompetensi pengembangan perencanaan proyek sistem dan pelayanan teknologi energi, uji laboratorium dan lapangan, komisioning, serta jasa pelayanan, penjualan, dan pembelian produk-produk elektronik.
Pada proyek tersebut siswa-siswa vokasi membuat konsep, perencanaan ulang, serta meningkatkan efektivitas pembangkit listrik. Hasilnya, terjadi peningkatan performa turbin gas, peningkatan energi yang dihasilkan menjadi 11 persen dan 20 persen.
Mereka terdiri dari kelompok beranggotakan dua sampai empat siswa, bekerja selama 1000 jam kerja, upahnya 100 euro per jam. Hal itu memang sekilas terlihat sebagai investasi yang besar, tapi hasilnya kurang dari setahun pembangkit listrik tersebut meningkat seperti yang diharapkan.
Contoh proyek lain terkait dengan transportasi publik trem di Zurich, Swiss. Terdapat kasus banyak roda trem yang aus sehingga menimbulkan getaran yang mengganggu.
Siswa vokasi yang terlibat kemudian membuat dan memasang alat untuk mendeteksi getaran. Alat tersebut akan mendeteksi getaran lalu pihak pengelola trem akan segera mengganti roda supaya trem bisa dioperasikan kembali.
Ada empat siswa vokasi yang terlibat dalam proyek ini dan mereka merasa bangga mepresentasikan hasil kerjanya yang sukses ke klien, yaitu asosiasi transportasi publik Zurich.
Kualitas Pengajar
Dalam upaya peningkatan kompetensi SDM vokasi, hal lain yang tak terelakkan adalah kualitas pengajar yang tidak boleh dikesampingkan.
Sebab kualitas mahasiswa juga akan sangat dipengaruhi oleh tenaga pengajar, yaitu dosen. Dosen-dosen vokasi memang harus memiliki pengalaman praktik di industri sesuai dengan mata perkuliahan yang mereka ampu.
Dosen setidaknya harus memiliki pengalaman bertahun-tahun di ranah yang mereka ajarkan. Manajemen perguruan tinggi vokasi dan dosen harus berbicara bahasa industri dan memahaminya.
Pengalaman praktik di industri juga bisa dilakukan selama dosen menjalankan tugas mengajar, misalnya bekerja paruh waktu di industri dan magang.
Perguruan tinggi vokasi dan industri akan saling mendapatkan manfaat dari memberikan kesempatan magang kepada dosen atau mahasiswa vokasi. Dari pihak perguruan tinggi, mahasiswa mereka akan mudah terserap oleh industri dan dosen bisa mendapatkan pengalaman untuk mereka ajarkan.
Sedangkan bagi perusahaan, mereka akan mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi praktis yang tinggi. Mereka juga akan lebih mudah dalam melakukan perekrutan karyawan.
Secara bisnis, memperkerjakan tenaga kerja berkualitas akan membantu mereka mencapai profit yang luar biasa. Segenap pemangku kepentingan juga harus memberikan perhatian terhadap durasi magang insan vokasi di industri.
Di Swiss seorang dosen vokasi membutuhkan pengalaman praktik di industri selama tiga sampai lima tahun untuk memenuhi kualifikasi dan bisa mengajar di perguruan tinggi vokasi.
Swiss memang termasuk negara yang memiliki pendidikan vokasi yang terbaik di dunia. Kementerian, pemerintah daerah, asosiasi, dan penyelenggara pendidikan terlibat penuh dalam menghubungkan pendidikan dengan industri.
Beberapa hal yang membuat pendidikan vokasi di Swiss sukses dan menjadi referensi negara-negara besar seperti Amerika Serikat adalah sistem pendidikan yang diorientasikan kepada tenaga profesional praktis, dukungan kuat dari perusahaan, serta tidak terlalu mementingkan gelar.
Di Swiss, perusahaan-perusahaan akan lebih mencari SDM yang bisa menjalankan fungsi yang dibutuhkan dan memikirkan bagaimana cara mereka untuk menunjukkan performanya. Performa dinilai sangat penting di negara itu.
Perhatian Pemerintah
Sementara di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyatakan pemerintah memberikan perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia, terutama di pendidikan vokasi.
Presiden meminta segenap jajarannya untuk terus bekerja sama dengan negara lain dan institusi internasional seperti Swiss, Jerman, Jepang, Korea Selatan, Singapura, atau World Bank. Tujuannya adalah pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi.
Presiden juga mengatakan pengembangan sumber daya manusia seperti pelatihan vokasi dan magang vokasi ke luar negeri harus dilakukan dalam skala besar. Begitu juga mendatangkan tenaga-tenaga pengajar vokasi dari luar negeri untuk melatih tenaga pengajar dan siswa vokasi.
Sementara Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendibudristek Wikan Sakarinto mengatakan saat ini institusi pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kemampuan teknis atau hard skill.
Institusi pendidikan vokasi juga harus memberikan perhatian pada soft skill dan karakter. Menurut Wikan institusi pendidikan vokasi harus bisa menghasilkan insan vokasi yang memiliki karakter kuat, soft skill kuat, dan hard skill yang kuat.
Ini konsep yang memang harus ditanamkan dimana soft skill dan hard skill harus dimiliki insan vokasi secara seimbang. Apalagi karena kompetensi diciptakan oleh karakter, soft skill, dan hard skill.
Ke depan dunia vokasi Indonesia akan menghadapi banyak tantangan di masa depan, terutama dalam kaitannya dengan industri. Oleh karena itu, Wikan meyakini kerja sama internasional menjadi aspek yang penting bagi Indonesia dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut.
Terdapat delapan aspek yang harus dunia pendidikan vokasi Indonesia hadapi dalam kaitannya dengan link and match dengan industri.
Aspek-aspek tersebut adalah kurikulum, pembelajaran berbasis proyek, tenaga pengajar dari industri, magang, sertifikat kompetensi, pelatihan industri, riset terapan, serta komitmen penyerapan insan vokasi oleh industri.
Usaha mengimplementasikan link and match antara pendidikan dengan industri harus dimulai dari membangun intregritas, komitmen, kepercayaan, dan apa manfaat untuk industri.
Dunia pendidikan di Indonesia sejatinya sudah mendapatkan kepercayaan dari industri dan kepercayaan industri terhadap pendidikan tinggi vokasi terus meningkat. Pendidikan vokasi juga makin percaya diri mampu memberikan kontribusi signifikan bagi industri.
Sebab semua pada dasarnya sudah menyadari bahwa penting sekali keterlibatan dunia kerja di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi. (*)
Industri jangan alpa mendorong kompetensi
Minggu, 17 Oktober 2021 10:26 WIB