Surabaya (ANTARA) - Dokter baru lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya menuntaskan misi Madura Sadar COVID-19 (MARCO-19) Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) selama sebulan sejak 4 September hingga 4 Oktober 2021 lalu.
Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof. Budi Santoso saat menyambut mereka di Surabaya, Rabu mengatakan dalam misi ini para dokter baru tak hanya mentargetkan percepatan vaksinasi, namun sebagai tim sukarelawan RSTKA mereka juga melakukan edukasi seputar COVID-19.
"Dalam misi ini berbagai macam kegiatan sesuai dengan Tri Dharma Pendidikan. Salah satunya mahasiswa melakukan edukasi COVID-19, juga melakukan pelayanan untuk pemerataan cakupan vaksin COVID-19," ujar Prof. Budi.
Lebih lanjut, Prof. Budi mengatakan jika misi RSTKA akan terus berlanjut. Pihaknya menekankan akan melakukan pelayanan kesehatan di pulau-pulau terkecil di Indonesia Timur.
"Bagi mereka yang mau bergabung, RSTKA akan melakukan rekrutmen untuk setiap misinya," katanya.
Direktur Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), dr. Agus Harianto menceritakan misi MARCO-19 merupakan tindak lanjut dari hasil literatur yang dilakukan pihaknya dan para dokter baru. Dalam literatur tersebut berfokus pada hoaks COVID-19 dan solusinya.
"Bermula setelah ada seminar yang dilakukan mahasiswa, di mana fokusnya hoaks COVID-19, tapi ini bersifat literatur. Kemudian mereka kami tantang untuk mencari solusi terkait hoaks ini," ujarnya.
Terbukti, lanjut dia, selama pelaksanaan banyak temuan lapangan dari tim sukarelawan. Di mana mayoritas masyarakat kepulauan masih percaya berita hoaks terkait COVID-19 dan vaksin.
Selain itu, kurangnya tenaga kesehatan untuk vaksinasi di kepulauan khususnya tenaga dokter dikarenakan sosialisasi vaksinasi COVID-19 belum dilakukan secara merata di Kepulauan.
"Temuan lainnya juga terkait akses yang menjadi salah satu kendala kegiatan vaksinasi di kepulauan. Sehingga kurang optimal. Masyarakat harus menyebrang pulau untuk bisa menikmati layanan kesehatan," ucapnya.
Dalam satu bulan misi ini, ada 11 pulau yang disasar. Dari jumlah itu, dua hingga tiga pulau membutuhkan pelayanan vaksinasi namun masih belum terjamah.
Dalam misi itu RSTKA menghadapi persoalan anggaran yang terbatas, penolakan dari LSM dan masyarakat di pulau Gili Raja dan pulau Kangean yang cukup tinggi.
"Sumenep di awal peringkat vaksinasi paling bawah. Pada 17 September cakupan di Sumenep di peringkat 38. Kemudian per 5 Oktober cakupannya mencapai 19,77 persen atau di peringkat 36," ujarnya.
Misi ini juga bertujuan dalam melakukan penelitian terhadap kultur masyarakat di kepulauan Madura.
Menurutnya, hasil riset ini bisa diterapkan di daerah Sampang, Bangkalan dan Pamekasan yang masih rendah kesadaran untuk vaksinasi COVID-19. Meski begitu, perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk percepatan vaksin. (*)