Jakarta (ANTARA) - Hasil penelitian Asia Pacific Young Entrepreneurs Survey 2021 menunjukkan sebanyak 72 persen generasi Z dan milenial di Asia Pasifik bercita-cita untuk memiliki bisnis sendiri atau menjadi pengusaha.
Survei yang dilakukan perusahaan nutrisi global Herbalife Nutrition itu, menunjukkan bahwa hampir 9 dari 10 atau 87 persen responden percaya bahwa usia terbaik untuk memulai bisnis adalah di bawah 40 tahun, dengan rata-rata usia terbaik diidentifikasi pada usia 27 tahun.
Tingginya semangat untuk berwirausaha di kalangan masyarakat Indonesia cukup menggembirakan. Survei ini menghadirkan temuan-temuan yang dapat menjadi wawasan baru tentang persepsi dan sikap dalam memulai berwirausaha. Banyak calon pengusaha yang didorong mengikuti passion mereka, dan keinginan untuk perubahan karir, ujar Direktur Herbalife Nutrition Indonesia, Andam Dewi, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan generasi muda melihat masa muda mereka sebagai suatu peluang, terutama dalam hal beradaptasi dengan teknologi dan memiliki ide-ide segar.
Survei itu melibatkan 4.093 orang kelompok Generasi Z dan milenial (berusia 18 40) untuk mengetahui tren kewirausahaan di delapan negara yaitu Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam.
Mayoritas responden di Indonesia (66 persen) belum memiliki usaha dan bercita-cita untuk memulai atau membuka usaha sendiri, apabila mereka membuka usaha sendiri, sebanyak (45 persen) responden Indonesia lebih dimotivasi oleh keinginan untuk perubahan karir dan sebanyak (30 persen) responden percaya dengan memulai berwirausaha akan membatu peluang untuk lebih sukses.
Sebanyak 54 persen responden percaya bahwa usia mereka akan membantu peluang kesuksesan bisnis karena lebih mudah dalam beradaptasi dengan teknologi baru, lebih cenderung menerima teknologi baru, dan memiliki ide segar yang belum dijelajahi.
Untuk jenis usaha yang paling diminati di Asia Pasifik, sebanyak 50 persen responden tertarik membuka usaha jasa makanan dan 32 persen memilih untuk membuka usaha busana.
Sedangkan ketika ditanya terkait tantangan yang dihadapi ketika memulai usaha, sebanyak 47 persen responden di Indonesia mengatakan biaya awal untuk memulai membuka usaha sendiri, sedangkan untuk responden yang telah memulai bisnis sendiri sebanyak 69 persen percaya bahwa tambahan modal keuangan dan sebanyak 57 persen lebih banyak mendapatkan pelatihan akan membantu mereka menjadi lebih sukses dalam bisnis mereka.
Lebih dari separuh responden di Asia Pasifik menyatakan bahwa saat ini mereka berlindung di pekerjaan mereka saat ini karena pandemi. Sebanyak 77 persen responden, terkadang merasa kewalahan dengan untuk memulai bisnis. Sekitar satu dari tiga yang memiliki bisnis selama pandemi harus menutupnya. Selama tahun 2020, COVID-19 berdampak pada generasi muda untuk memulai usaha sendiri dengan mengayuh pekerjaan saat ini dan mengambil lebih sedikit risiko.
Dari hasil survei tersebut kita dapat mengetahui dan mengamati bahwa responden di Indonesia akan berpikir matang untuk memulai bisnis baru. Tak hanya potensi penghasilan yang jelas, tapi juga perlu memikirkan biaya awal termasuk sumber dan besarannya serta dampak dari pandemi perlu menerapkan strategi yang matang untuk memulai usaha baru," kata Andam.
Meskipun demikian, menurut Adam, memulai bisnis akan selalu datang dengan manfaat dan risikonya sendiri, oleh karena itu penting untuk menemukan jaringan dan dukungan yang baik serta dapat menyalurkan keahlian dan pengetahuan yang tepat guna membantu kita untuk memulai perjalanan kewirausahaan, sambil belajar untuk mengurangi risiko-risiko yang muncul, kata Andam. (*)