Manila (ANTARA) - Presiden Rodrigo Duterte telah menolak seruan dari China untuk menarik kapal-kapal Filipina dari perairan yang disengketakan di Laut China Selatan (LCS), dan mengatakan dia tidak akan tunduk pada tekanan, bahkan jika itu membahayakan persahabatannya dengan Beijing.
Filipina telah meningkatkan kehadirannya di daerah-daerah yang diperebutkan di zona ekonomi eksklusif (ZEE), termasuk pulau Thitu, dekat instalasi militer China, yang bertentangan dengan kehadiran ratusan kapal China selama berbulan-bulan yang diyakini diawaki oleh milisi.
Pernyataan Duterte dalam pidato yang disiarkan televisi pada Jumat muncul ketika tekanan meningkat padanya untuk mengabaikan pendekatan hubungan dengan China, dan membela apa yang dikatakan menteri pertahanannya sebagai "provokasi terang-terangan".
"Kami memiliki pendirian di sini dan saya ingin menyatakannya sekali lagi bahwa kapal-kapal kami berada di sana, kami tidak akan mundur satu inci pun," kata Duterte.
China bulan lalu mengatakan Filipina harus "menghentikan tindakan yang memperumit situasi dan meningkatkan perselisihan" sebagai tanggapan atas latihan maritim yang jarang dilakukan oleh Filipina.
"Saya tidak ingin bertengkar, saya tidak ingin masalah. Saya menghormati posisi Anda, dan Anda menghormati posisi saya. Tetapi kami tidak akan berperang," kata Duterte.
"Saya tidak akan mundur. Bahkan jika Anda membunuh saya. Persahabatan kita akan berakhir di sini," ujar Duterte, menegaskan.
Sebelumnya, Duterte telah dikritik karena menolak menekan China untuk mematuhi putusan arbitrase tahun 2016 di LCS yang menguntungkan Filipina.
Dia mendapat kritik pekan lalu karena mengatakan putusan penting itu hanyalah "selembar kertas" yang bisa dia buang ke tempat sampah. Dalam pidatonya di televisi, Duterte mengatakan bahwa dia "percaya pada keseluruhan" putusan itu.
Sumber: Reuters (*)
Presiden Duterte tegaskan tak akan tarik kapal-kapal Filipina dari LCS
Jumat, 14 Mei 2021 18:12 WIB