Jakarta (ANTARA) - Pasukan keamanan Myanmar menangkap Wai Moe Naing, salah satu pemimpin utama kampanye menentang kekuasaan militer, setelah menabraknya dengan mobil saat dia memimpin unjuk rasa protes dengan mengendarai sepeda motor pada Kamis.
Para penentang kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi terus melakukan kampanye melawan militer pada pekan tahun baru tradisional di negara itu dengan pawai dan berbagai demonstrasi perlawanan lainnya.
"Saudara kami Wai Moe Naing ditangkap. Sepeda motornya ditabrak mobil polisi yang tidak bertanda," kata Win Zaw Khiang, anggota kelompok penyelenggara protes, di media sosial.
Wai Moe Naing, seorang Muslim berusia 25 tahun, telah muncul sebagai salah satu pemimpin oposisi paling terkenal terhadap kudeta.
Sebelumnya, Reuters berbicara dengan Wai Moe Naing melalui telepon saat dia berangkat untuk memimpin demonstrasi di pusat Kota Monywa, sekitar 700 kilometer di utara kota utama Yangon.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan sebuah mobil yang melaju berbelok ke arah sekelompok sepeda motor. Reuters tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut.
Plat nomor mobil hitam yang ditampilkan dalam dua video yang berbelok ke dalam demonstrasi tidak sesuai dengan model kendaraan yang terdaftar untuk plat nomor di pusat data kendaraan Myanmar.
Seorang juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Monywa telah menjadi salah satu pusat utama kampanye pro demokrasi dengan aksi unjuk rasa besar berlangsung hari demi hari, disertai tindakan keras berulang kali oleh pasukan keamanan.
Beberapa rekan mengatakan mereka mengkhawatirkan keselamatan Wai Moe Naing.
"Kami harus melanjutkan perjuangan dengan menggandakan energi kami untuk Ko Wai Moe Naing, demi kebenaran, untuk masa kini dan masa depan negara," kata pemimpin protes lainnya, Tayzar San, di Facebook.
Kedutaan Swedia mengatakan sedang mengikuti kasus Wai Moe Naing dan mendesak agar semua tahanan diberikan perawatan kesehatan yang layak dan hak asasi manusia mereka dihormati.
Sumber: Reuters