Surabaya (ANTARA) - Komunitas seniman Bengkel Muda Surabaya mengusung forum diskusi bertajuk "Surabaya Jangan Ambyar", sebagai bahan masukan bagi pemimpin agar kedepan membangun Kota Pahlawan yang telah berkembang pesat ini lebih bermartabat berdasarkan nilai sejarah dan kebudayaan lokal.
Koordinator Forum Diskusi Bengkel Muda Surabaya Amang Mawardi menyatakan telah menyiapkan sesi pertama dengan mengangkat tema "Kampung Pembentuk Karakter Kota", yang dijadwalkan berlangsung "online" atau dalam jaringan (daring) melalui media "Zoom" pada 18 September 2020, pukul 19.00 - 21.00 WIB.
"Untuk forum diskusi sesi yang pertama ini kami menghadirkan narasumber pengamat tata kota Prof. Dr. Ir Johan Silas. Selain itu juga menghadirkan panelis pengamat sosial Dr Pinky Saptandari, MA, pengamat psikologi Dr Achmad Chusairi, MSi, dan peneliti dari Balai Bahasa Jawa Timur Mashuri," katanya saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu.
Amang mengungkapkan Kota Surabaya yang memiliki luas sekitar 326,81 kilometer persegi dengan penduduk berjumlah 3.158.943 jiwa telah berusia 727 tahun.
"Sangat tua sekali, dibandingkan Kota New York di Amerika Serikat yang pada 2020 ini berusia 412 tahun. Maka semestinya Surabaya harus lebih maju daripada Kota New York," ujarnya.
Menurut Amang, tema "Kampung Pembentuk Karakter Kota" yang diangkat pada forum diskusi sesi yang pertama ini untuk mengingatkan ciri khas kearifan lokal Kota Surabaya.
"Karakter kampung 'Arek Suroboyo' memiliki nilai-nilai kultur gotong royong, guyup, dan nasionalisme heroik dari peristiwa bersejarah 10 November 1945. Bila kampung-kampung mulai terkikis dengan penataan kota dan pergerakan zaman yang sangat cepat tanpa pengelolaan yang baik, Surabaya sungguh benar-benar ambyar bila tidak mempertahankan ciri khas kearifan lokalnya," tuturnya.