New Delhi (ANTARA) - Komandan militer India dan China bertemu pada Senin untuk mencoba meredakan ketegangan di perbatasan Himalaya yang disengketakan, ketika publik India menuntut tindakan balasan menyusul bentrokan terburuk antara pasukan kedua negara dalam lima dekade terakhir.
Pedagang-pedagang besar India menyerukan pemboikotan barang-barang China.
Negara bagian Maharashtra, rumah bagi ibu kota keuangan India di Mumbai, menunda tiga proposal investasi awal dari perusahaan-perusahaan China senilai 50 miliar rupee (sekitar Rp9,3 triliun), hanya beberapa hari setelah penandatanganan perjanjian.
India mengatakan 20 tentaranya tewas dalam bentrokan dengan pasukan China di Himalaya barat pada 15 Juni 2020. Tentara bertempur dengan batu, batang logam, dan tongkat kayu di Lembah Galwan setelah kebuntuan selama seminggu.
Sebuah sumber pemerintah India mengatakan para komandan militer bertemu di Moldo, di sisi China dari Garis Kendali Aktual yang merupakan perbatasan de facto yang membagi wilayah Ladakh di India dan Aksai Chin yang dikuasai China.
Pertemuan berlangsung beberapa jam, dengan pihak India mendorong China untuk menarik pasukannya kembali ke tempat mereka pada April, kata sumber pemerintah India.
China, dalam putaran pembicaraan sebelumnya, telah meminta India untuk menghentikan semua pekerjaan konstruksi di wilayah yang dikatakannya sebagai bagiannya.
China belum mengungkapkan berapa banyak korban yang dideritanya, meskipun seorang menteri India mengatakan sekitar 40 tentara China mungkin telah terbunuh.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada sebuah pengarahan di Beijing, Senin, bahwa kedua pihak dalam komunikasi melalui saluran diplomatik dan militer.
Banyak orang di India telah menyerukan pemerintah nasionalis Perdana Menteri Narendra Modi untuk menunjukkan negara itu tidak dapat diganggu, mengingat penghinaan yang dialami Delhi dalam perang perbatasan melawan Beijing pada 1962.
Anggota badan pedagang India membakar barang-barang China di sebuah pasar di New Delhi dan mendorong boikot produk nasional yang dibuat di China.
Konfederasi Semua Pedagang India (CAIT), yang mewakili sekitar 70 juta pedagang, telah meminta pemerintah federal dan negara bagian untuk mendukung boikot barang-barang China dan membatalkan kontrak pemerintah yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan China.
"Seluruh negara dipenuhi dengan kemarahan dan intensitas yang ekstrem untuk memberikan tanggapan yang kuat dan tepat kepada China, tidak hanya secara militer tetapi juga secara ekonomi," tulis Sekretaris Jenderal Nasional CAIT Praveen Khandelwal dalam sebuah surat kepada kepala menteri dari beberapa negara bagian India.
Di Maharashtra yang makmur, pemerintah mengatakan sedang menunda tiga rencana investasi, termasuk dari Great Wall Motor Co.
"Dalam lingkungan saat ini kami akan menunggu pemerintah federal untuk mengumumkan kebijakan yang jelas mengenai proyek-proyek ini," kata menteri industri Subhash Desai.
China adalah mitra dagang terbesar kedua India, dengan perdagangan bilateral senilai 87 miliar dolar AS (sekitar Rp1.239 triliun) pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2019.
Pemimpin redaksi surat kabar Global Times China memperingatkan bahwa "nasionalis India perlu tenang".
"PDB China lima kali lipat dari India, belanja militernya tiga kali (lipat lebih banyak)," kata editor Global Times, Hu Xijin dalam sebuah unggahan di Twitter.
The Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.
Sumber: Reuters
Komandan militer India - China bertemu usai bentrokan di perbatasan
Senin, 22 Juni 2020 22:24 WIB