Kediri (ANTARA) - Pabrik Gula Pesantren Baru, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat pada karyawan saat mulai musim giling di era normal baru pandemi COVID-19.
"Baik di area pabrik maupun kantor, kami menerapkan protokol kesehatan sesuai imbauan pemerintah," kata General Manager PG Pesantren Baru Kediri Bambang Hadi Nugroho di Kediri, Senin.
Ia menjelaskan perusahaan telah mengawali musim giling pada 2 Juni 2020. Pada tahun lalu, sebelum musim giling dimulai, digelar perayaan dan prosesi adat pengantin tebu yang melibatkan masyarakat luas.
Namun, di tengah pandemi COVID-19, prosesi ditiadakan dan diganti dengan kegiatan sosial dan pemberian bantuan untuk warga yang terdampak wabah.
Saat aktivitas pabrik dimulai, semua karyawan dan tamu wajib mengenakan masker di pos keamanan. Setelah itu, semua diharuskan cuci tangan.
Selanjutnya, ketika memasuki area pabrik atau kantor, karyawan dan tamu diberi cairan pembersih tangan oleh petugas yang berjaga di pintu. Petugas juga melakukan pengecekan suhu tubuh menggunakan thermo gun.
Setelah proses pengecekan di depan kantor, karyawan pabrik juga wajib cuci tangan lagi di ruang khusus. Di ruang tersebut terdapat pengukur suhu otomatis yang akan menampilkan suhu di layar monitor besar.
"Kami beli alat itu baru-baru ini. Biar petugas jaga tidak kerepotan mengecek suhu satu per satu. Sebab karyawannya banyak," tambah Bambang.
Ia menambahkan, bila suhu tubuh karyawan ada yang terdata di atas 38 derajat Celcius, maka yang bersangkutan akan langsung diarahkan ke klinik guna mendapatkan pemeriksaan lebih jauh.
Sementara itu, untuk karyawan yang bekerja di pabrik, perusahaan juga sudah menyediakan tempat parkir kendaraan yang dipisah per shift. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengurangi kerumunan ketika shift berakhir.
Bambang mengaku tidak mudah mengubah kebiasaan bagi kurang lebih 1500 karyawan. Jumlah itu dapat bertambah, apabila dihitung dengan mitra dan karyawan musiman, bisa mencapai 4000-an orang.
Ia juga memastikan semua mitra dan karyawan saat ini saling terhubung, sehingga dibutuhkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan ketat ini.
"Paling susah soal kebiasaan nongkrong dan bergerombol. Misalnya sopir truk pengangkut tebu dan penebang tebu di luar pabrik. Mereka mitra kami. Tetap kami sosialisasikan dengan tekun," kata Bambang.
Di PG Pesantren Baru Kota Kediri juga dibentuk tim khusus terkait kegiatan sosialisasi dan pengendalian COVID-19. Terdapat penanggung jawab protokol kesehatan dan program penanggulangan COVID-19 tetap dilakukan oleh semua pihak terkait.
Terkait dengan klaster pabrik rokok di Tulungagung yang ada di Kelurahan Tempurejo, Kota Kediri, dimana daerahnya dekat dengan pabrik, Bambang mengatakan bahwa beberapa karyawan berasal dari kelurahan itu.
Sesuai protokol, untuk karyawan dari klaster penularan, diliburkan selama 14 hari. Setelahnya bisa masuk seperti biasa bila sehat.
"Hal itu juga berpengaruh pada proses produksi sebab kami harus mengistirahatkan karyawan. Namun secara keseluruhan tidak mempengaruhi target produksi. Musim giling tahun ini, PG Pesantren Baru menargetkan jumlah giling tebu 72 ribu ton tebu dengan rendemen 8,2 persen," kata Bambang.