Surabaya (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Jawa Timur menjelaskan kronologis bantuan mobil laboratorium khusus polymerase chain reaction (PCR) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang operasionalnya diprotes Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Koordinator Rumpun Logistik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim Suban Wahyudiono di Surabaya, Jumat malam menjelaskan bahwa pihaknya sempat mengirim surat permohonan bantuan ke gugus tugas pusat pada 11 Mei 2020.
"Kami mengirim surat permohonan dukungan percepatan penegakan diagnosis COVID-19 dan di dalam surat kami mengajukan permohonan 15 unit mobil (laboratorium PCR)," ujar Suban di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Permohonan tersebut berkaitan dengan bantuan mesin RT-PCR sebanyak 15 unit dan permintaan cartridge sebanyak 3.500 buah bagi rumah sakit yang memiliki kemampuan melakukan tes cepat molekuler (TCM) GeneXpert.
Selain itu, kata Suban, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga menelepon Kepala BNPB Doni Monardo untuk menindaklanjuti surat permohonan yang dikirim setelah dilakukan rapat koordinasi gugus tugas provinsi dengan BNPB, dinkes provinsi, dinkes kabupaten/kota, BBLK, BBTKI, ITD, serta 18 rumah sakit.
"Pangdam V/Brawijaya juga berkoordinasi dengan Pak Doni Monardo, termasuk saya mengirim WhatsApp ke beliau," ucap Suban yang juga Kepala Pelaksana BPBD Jatim tersebut.
Suban lantas diarahkan segera melakukan komunikasi dengan Deputi Kedaruratan dan Logistik BNPB Dody Ruswandi untuk berkoordinasi terkait teknis pengiriman mobil PCR, yang kemudian diberi nomor telepon sopir serta kru mobil.
Pada Rabu (27/5) malam, satu unit mobil PCR sudah dikirim yang isinya dua mesin PCR dan disepakati untuk diterima di Rumah Sakit Lapangan di Jalan Indrapura Surabaya.
Berikutnya, mobil difungsikan di RS Universitas Airlangga Surabaya serta Asrama Haji Sukolilo Surabaya untuk dilakukan pengambilan sampel ke pasien yang dirawat.
Kemudian, pada Kamis (28/5), mobil PCR diarahkan ke Sidoarjo dan Kabupaten Lamongan untuk mempercepat pemeriksaan sampel yang belum dapat diperiksa.
Tak hanya itu, salah satu mobil digeser ke Tulungagung juga untuk mempercepat pemeriksaan, karena butuh bantuan cepat akibat terkendala kapasitas swab, ditambah jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang tertinggi kedua di Jatim.
Di Tulungagung, lanjut Suban, terdapat 588 orang berstatus PDP dan terdapat 172 orang meninggal dunia berstatus PDP yang belum sempat dilakukan tes swab.
Pihaknya juga menegaskan tidak pernah menyerobot bantuan dua unit mobil tersebut dari Pemkot Surabaya, karena Gugus Tugas Jatim telah mengirimkan surat ke pusat untuk mendapat bantuan alat PCR guna mempercepat pemeriksaan swab.
"Sebab, jumlah alat yang ada terbatas dan harus digunakan untuk memeriksa ribuan sampel yang masuk dari berbagai daerah," tuturnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan nada tinggi memprotes operasional mobil PCR yang berpindah ke daerah lain, padahal Surabaya sedang sangat membutuhkan mobil itu untuk melakukan tes swab warga setempat.
Sementara itu, berdasarkan jadwal operasional mobil PCR di Jatim, rinciannya yakni pada Rabu (27/5) di RS Unair diambil 100 sampel dan Asrama Haji 10 sampel, lalu pada Kamis (28/5) di RSUD Sidoarjo 108 sampel dan Asrama Haji 190 sampel.
Selanjutnya pada Jumat (29/5), dilakukan pemeriksaaan swab di RSUD Tulungagung 200 sampel serta RSUD Soegiri Lamongan sebanyak 100 sampel.